Abstract:
Dalam bidang arsitektur, akulturasi budaya lokal dan budaya pendatang tercermin
dalam wujud bangunannya. Masuknya budaya modern asing sebagai dampak globalisasi
dalam bidang arsitektur membuat teknologi material dan konstruksi bangunan berkembang
pesat sehingga memberikan pengaruh besar terhadap perencanaan dan perancangan
arsitektur pada zaman ini. Banyaknya pilihan material bangunan dan teknik konstruksi
bangunan yang mudah, melahirkan bentuk arsitektur yang lebih variatif, salah satunya
adalah variasi bentuk masjid di Indonesia.
Di tengah banyaknya bermunculan masjid-masjid baru dengan bentuk beraneka
ragam, yang cenderung terus berkembang mengikuti zaman, hadir Masjid Agung Sunan
Ampel dengan ekspresi bentuk lokal dan non lokal pada wujud arsitekturnya. Wujud
arsitektur Masjid Agung Sunan Ampel yang dibangun pada zaman Kerajaan Majapahit ini
masih bertahan hingga sekarang dan bahkan menjadi acuan dari bentuk-bentuk masjid di
Indonesia karena berhasil selalu diterima oleh masyarakat, khususnya umat muslim. Proses
akulturasi arsitektur pada masjid ini akan diteliti lebih lanjut dengan memfokuskan pada
aspek-aspek yang membentuk adopsi dan adaptasi arsitektur lokal dan non lokal pada
Masjid Agung Sunan Ampel dan bagaimana wujudnya, dilihat dari segi bentuk, tatanan
ruang, elemen, dan ornamennya yang mempengaruhi makna dan fungsinya sebagai rumah
ibadat umat muslim.
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui aspek-aspek dan wujud adopsi dan
adaptasi arsitektur lokal dan non lokal pada Masjid Agung Sunan Ampel, serta dominasi
wujud adopsi dan adaptasinya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan
data yang diperoleh dari studi literatur dan pengamatan langsung ke lapangan yang
kemudian digambarkan ulang dalam bentuk 2D dan model 3D.
Diperoleh kesimpulan bahwa Masjid Agung Sunan Ampel merupakan hasil dari
akulturasi arsitektur yang mengadaptasi bentuk-bentuk lokal, yaitu arsitektur Jawa, dan
mengadopsi bentuk arsitektur non lokal, yaitu arsitektur Hindu dan Kolonial. Bentuk
percampuran arsitektur lokal dan non lokal itu juga saling bersinergi pada arsitektur masjid
ini. Aspek yang membentuk proses adopsi dan adaptasi arsitektur lokal dan non lokal pada
masjid ini meliputi aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik terlihat pada wujud massa
bangunan, bentuk ruang dan tatanannya, elemen pelingkup bangunan, elemen dan
ornamennya. Aspek non fisik yang berkaitan dengan fungsinya terlihat pada orientasi ruang
dan massanya. Dominasi wujud adopsi dan adaptasi yang terjadi pada Masjid Agung Sunan
Ampel ini adalah adaptasi dari arsitektur lokal Jawa dalam wujud arsitektur dan aspek-aspeknya.