Manajemen pencahayaan pada ruang kelas untuk kenyamanan belajar siswa di SMA Talenta Bandung

Abstract

Pencahayaan pada ruang kelas merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kenyamanan visual dalam kegiatan belajar bagi siswa. Penggunaan cahaya alami seharusnya lebih diutamakan karena dapat meningkatkan kinerja siswa, namun sifat cahaya alami yang berubah-ubah membuat peran pencahayaan buatan tidak kalah penting. Agar sistem pencahayaan buatan dapat berintegrasi baik dengan cahaya alami yang masuk, menciptakan distribusi cahaya merata serta kenyamanan visual, maka diperlukan manajemen pencahayaan. Pencahayaan ruang kelas yang baik harus memiliki tingkat pencahayaan minimal 350 lux dengan penggunaan daya listrik di bawah 15 W/m2 (SNI 6197-2011) dan nilai indeks UGR <19 (EN 12464-1). SMA Talenta Bandung memiliki banyak ruang kelas dengan posisi berbeda, sehingga tercipta pola penyebaran dan tingkat pencahayaan alami yang bervariasi. Hal tersebut membuktikan bahwa setiap ruang kelas memerlukan manajemen pencahayaan tersendiri, namun pada kondisi eksisting, jenis, daya, dan susunan lampu, serta pengelompokan sakelar pada seluruh ruang kelas justru sama persis. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan pencahayaan yang baik pada ruang kelas di SMA Talenta agar siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar dengan baik dan nyaman. Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluasi pasca huni dengan pendekatan kuantitatif-kualitatif. Pendekatan kuantitatif diterapkan dalam pengumpulan serta analisis data dimensi dan pencahayaan, hingga pada tahap penarikan hasil. Sedangkan pendekatan kualitatif diterapkan dalam pengumpulan dan analisis data umum. Proses pengumpulan data hingga penarikan hasil dilakukan dengan observasi pada objek serta simulasi pencahayaan menggunakan perangkat lunak DIALux Evo 9.2. Penelitian dilakukan pada lima ruang kelas sampel yang tersebar pada bangunan SMA Talenta Bandung. Kemiripan hasil analisis data pencahayaan dapat mengelompokan lima ruang kelas sampel ke dalam tiga kelompok, yaitu pola linier gabungan dengan tingkat pencahayaan jauh di bawah ketentuan SNI, pola linier memanjang dengan tingkat pencahayaan yang sangat kontras (500 lux-20 lux), dan pola linier memanjang lainnya dengan tingkat pencahayaan 500 lux-100 lux. Hasil analisis menyatakan bahwa seluruh ruang kelas di SMA Talenta memerlukan baris lampu tambahan (menjadi tiga baris lampu) karena memiliki kedalaman ruang hingga delapan meter. Manajemen pencahayaan juga dapat didukung oleh penggunaan dimmer dengan sensor intensitas. Hasil analisis simulasi manajemen pencahayaan menghasilkan pembagian kelompok sakelar yang menyesuaikan pola penyebaran cahaya alami. Pada kelompok ruang kelas 1 dibagi menjadi empat kelompok sakelar, sedangkan pada kelompok ruang kelas 2 dan 3 dibagi menjadi tiga kelompok sakelar. Jenis dan daya lampu yang disarankan untuk seluruh ruang kelas merupakan lampu jenis TL LED dengan daya 16 dan 18 watt. Kesimpulan manajemen pencahayaan dengan susunan, pengelompokan, serta kriteria lampu yang dipilih sudah sesuai dengan batas konsumsi daya listrik dan bebas dari gangguan silau.