Abstract:
Penggunaan lithium ion batteries semakin penting dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, ketersediaan bahan baku yang semakin terbatas dan harga yang semakin meningkat
mengakibatkan diperlukannya pencarian alternatif. Dengan prinsip kerja yang serupa,
sodium ion batteries (SIBs) sekarang ini menjadi alternatif pengganti. Namun,
pengembangan material anoda yang tepat untuk SIBs masih dilakukan. SIBs menggunakan
anoda dari hard carbon. Hard carbon merupakan material karbon yang tidak dapat
bertransformasi menjadi graphite meskipun mencapai temperatur lebih dari 3000C.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan sintesis N-doped hard carbon dari pati
sagu termodifikasi. Sebagai anoda SIBs, material dengan konduktivitas listrik yang baik
dibutuhkan untuk konduksi aliran ion antar elektroda. Oleh karena itu, modifikasi yang
dilakukan adalah penambahan gugus nitrogen untuk meningkatkan konduktivitas listrik. Pati
sagu digunakan dalam penelitian ini karena potensi penggunaan pati sagu masih belum
maksimal, ditambah belum adanya penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatannya sebagai
bahan baku sintesis N-doped hard carbon. Penelitian ini menggunakan sumber nitrogen
berupa senyawa urea. Selain itu, proses ada tidaknya karbonisasi hidrotermal juga
divariasikan.
Penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu modifikasi pati, sintesis N-doped hard carbon,
dan karakterisasi N-doped hard carbon. Modifikasi pati dilakukan dengan menggunakan
microwave 700W selama 1 menit untuk campuran pati-urea. Rasio sumber nitrogen dengan
pati bervariasi yaitu 1:1 dan 2:1. Dengan menggunakan microwave, reaksi yang dihasilkan
lebih cepat dan selektivitas pemanasan tinggi. Selanjutnya, sintesis N-doped hard carbon
terdiri dari proses karbonisasi hidrotermal (HTC) dan aktivasi. HTC dilakukan di reaktor
autoklaf yang dipanaskan pada suhu 200C selama 24 jam, sedangkan aktivasi dilakukan di
dalam furnace dengan atmosfer nitrogen pada suhu 900C selama 1 jam. N-doped hard
carbon yang dihasilkan kemudian diuji karakteristiknya melalui analisis Raman
Spectroscopy, Scanning Electron Microscope (SEM), Energy Dispersive X-Ray
Spectroscopy (EDS), dan X-Ray Diffraction (XRD).
Produk yang dihasilkan dengan aktivasi langsung menghasilkan yield yang lebih
tinggi yaitu 28%. Analisis SEM menunjukkan adanya perbedaan morfologi yaitu adanya
proses HTC menghasilkan N-doped hard carbon berbentuk microsphere dengan edge defect,
sedangkan aktivasi langsung menghasilkan bentuk flakes atau irregular shapes. Hasil EDS
menunjukkan bahwa hanya proses yang melalui tahapan HTC yang berhasil melakukan
doping nitrogen, di mana variasi urea:pati 2:1 menghasilkan nitrogen paling tinggi sebesar
2,67%. Raman spectroscopy menunjukkan sampel dengan proses HTC menghasilkan Ndoped
hard carbon yang paling amorf dengan ID/IG paling tinggi mencapai 1,38. Interlayer
spacing sampel dengan penambahan urea berkisar 0,388-0,392 nm, menunjukkan syarat
material anoda SIBs sudah terpenuhi karena lebih besar dari 0,3354 nm.