Abstract:
Industri farmasi merupakan salah satu industri yang sangat dibutuhkan terkait kesehatan
masyarakat.. Hingga 27 April 2021, terdapat sembilan perusahaan sektor farmasi yang
sudah melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Pada awal tahun
2020, terjadi pandemi Covid-19 yang mendorong peningkatan peran industri farmasi dalam
kondisi krisis ini.
Sepanjang tahun 2020, Pemerintah Indonesia mengeluarkan beberapa
pengumuman terkait kondisi Pandemi Covid-19. Pengumuman yang disampaikan tersebut
menimbulkan tanggapan positif dan berdampak pada penguatan harga saham perusahaan
di industri farmasi. Pengumuman-pengumuman yang dimaksud adalah: pada 2 Maret 2020,
Pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang
positif Covid-19. Pengumuman ini menjadi awal periode penelitian ke 1. Kemudian,
pengumuman pada 24 Maret 2020, Kemendikbud mengeluarkan kebijakan terkait
Kebijakan Ujian dan Pembelajaran selama Pandemi Covid-19. Pengumuman ini menjadi
awal periode penelitian ke 2. Selanjutya, pengumuman pada 20 Juli 2020, pemerintah
mengumumkan bahwa vaksin Sinovac yang berasal dari China telah sampai di Indonesia
untuk diuji klinis fase III. Pengumuman ini menjadi awal periode penelitian ke 3. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah reaksi positif investor tersebut
menyebabkan perolehan abnormal return dan terjadi volume trading sebagai reaksi
terhadap pengumuman yang masing-masing disampaikan.
Penelitian ini melibatkan sembilan perusahaan yang merupakan populasi di
industri farmasi. Metode penelitian yang digunakan adalah event study terkait ketiga
pengumuman yang dikeluarkan pemerintah. Variabel penelitian yaitu abnormal return dan
volume trading activity, dianalisis menggunakan Metode Deskriptif dan Uji Paired t-Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 saham yang memberikan abnormal return
pada periode pengumuman ke 1, terdapat 6 saham pada periode pengumuman ke 2, dan
terdapat 8 saham pada periode pengumuman ke 3. Namun, hasil uji Paired t-Test diperoleh
bahwa tidak ada perbedaan abnormal return yang signifikan antar periode untuk 8 saham
tersebut. Sedangkan, pada trading volume activity, terdapat 2 saham yaitu MERK (PT
Merck Indonesia Tbk.) dan PEHA (PT Phapros Tbk.) yang memberikan perbedaan
signifikan antara ketiga periode penelitian, terdapat 2 saham yaitu DVLA (PT Darya-Varia
Laboratoria Tbk.) dan PYFA (PT Pyridam Farma Tbk.) yang menunjukkan periode
penelitian ke 3 lebih signifikan dari periode penelitian ke 1 dan ke 2, serta 2 saham KLBF
(PT Kalbe Farma Tbk.) dan TSPC (PT Tempo Scan Pacific Tbk.) menunjukkan periode
penelitian ke 2 dan ke 3 lebih signifikan dari periode penelitian ke 1. Berdasarkan Belief
Adjustment Theory terkait recency effect, no-order effect dan contrast effect, maka dari
ketiga pengumuman tersebut, seluruh investor pada industri farmasi menilai pengumuman
yang memberikan harapan paling tinggi terkait membaiknya kondisi akibat pandemi
Covid-19 adalah Pengumuman Pemerintah Indonesia terkait vaksin. Dengan demikian,
dalam kondisi Pandemi Covid-19, industri farmasi memberikan kontribusi bagi kesehatan
masyarakat dan harapan pemulihan dari situasi Pandemi Covid-19.