Abstract:
Investasi dalam pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan untuk melakukan kepentingan ekspansi dan kepentingan perusahaan lainnya. Produk investasi yang populer diperdagangkan adalah saham. Ketika perusahaan sudah berbentuk terbuka dan membutuhkan dana tambahan, perusahaan dapat melakukan aksi korporasi guna meningkatkan modal dan meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Aksi korporasi yang umum dilakukan adalah pemecahan saham. Cara kerja aksi pemecahan saham yaitu perusahaan menerbitkan harga saham baru yang lebih rendah dari harga lama dan meningkatkan jumlah saham yang beredar sesuai dengan rasio yang telah disepakati.
Dua teori yang melandasi aksi korporasi berbentuk pemecahan saham yaitu signalling theory dan trading range theory. Signalling theory menilai bahwa pengumuman aksi pemecahan saham merupakan sinyal dari perusahaan yang memiliki prospek dan kinerja bagus, sehingga investor maupun calon investor yang mengetahui informasi tersebut dapat mempertimbangkan perencanaan investasi mereka di masa depan. Trading range theory menjelaskan bahwa tujuan pemecahan saham yaitu meningkatkan likuiditas perdagangan saham dengan cara menjaga harga saham tidak terlalu tinggi, sehingga banyak kalangan investor dapat bertransaksi dalam emiten tersebut dan saham menjadi aktif diperdagangkan. Untuk mengukur likuiditas saham peneliti menggunakan bid-ask spread, sedangkan untuk mengukur prospek perusahaan dapat diukur dari tingkat pengembalian (return) menggunakan tingkat pengembalian tidak normal (abnormal return)
Tujuan dari penelitian yaitu mengetahui kondisi likuiditas dan tingkat pengembalian saham setelah dilakukannya pemecahan saham. Dari 39 perusahaan yang terdaftar di BEI dan melakukan aksi korporasi pemecahan saham antara tahun 2017-2020, 7 perusaahan diantaranya merupakan sampel dari penelitian. Periode pengamatan dilakukan sebanyak 5 hari sebelum peristiwa pemecahan dan 5 hari sesudah peristiwa pemecahan.