Relasi fungsi, bentuk, dan makna inkulturasi arsitektur Gereja Bunda Maria Paroki Dukuh Semar di Cirebon

Show simple item record

dc.contributor.advisor Fauzy, Bachtiar
dc.contributor.author Herluina, Anna
dc.date.accessioned 2021-09-09T04:43:00Z
dc.date.available 2021-09-09T04:43:00Z
dc.date.issued 2021
dc.identifier.other skp40723
dc.identifier.uri http://hdl.handle.net/123456789/12310
dc.description 6251 - FTA en_US
dc.description.abstract Perkembangan (G)ereja Katolik di Indonesia tidak lepas dari peran inkulturasi yang terjadi didalamnya. Proses ini menjadikan bangunan – bangunan gereja di Indonesia memiliki bentukan yang unik. Namun perwujudan inkulturasi dapat dikatakan memiliki permasalahannya sendiri karena menggabungkan unsur (G)ereja Katolik dengan unsur budaya lokal yang masing – masing memiliki pemaknaan tersendiri pada bentuk serta fungsi ruangnya. Sering kali budaya lokal hanya dipakai sebagai hiasan yang ditempel pada bangunan tanpa adanya makna yang lebih mendalam. Perpaduan agama Katolik dan budaya lokal ini pun patut diperhatikan agar tak menggeser makna yang dipegangnya terutama pada bangunan (G)ereja yang merupakan tempat ibadah dengan konsep kesakralan dalam ruangnya. Penelitian ini bertujuan untuk memahami apa yang dimaksud dengan inkulturasi dalam arsitektur, mengungkap perwujudan inkulturasi pada bangunan, dan mengungkap relasi fungsi, bentuk, dan makna inkulturasi arsitektur pada bangunan (G)ereja Katolik. Objek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Gereja Bunda Maria yang berada di Paroki Dukuh Semar, Cirebon, Jawa Barat. Kajian teori yang dipakai adalah teori inkulturasi dalam arsitektur, teori fungsi – bentuk - makna, teori (G)ereja Katolik, dan teori arsitketur Jawa yang lekat dengan kebudayaan Kota Cirebon. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif. Data penelitian didapatkan dari studi literatur, pengamatan langsung ke lapangan, wawancara dengan Pastor Paroki dan pengelola (G)ereja, dan penggambaran ulang 3D objek studi. Hasil penelitian yang didapatkan menyatakan bahwa inkulturasi arsitektur pada Gereja Bunda Maria merupakan pencampuran antara liturgi Katolik dengan bangunan Jawa. Inkulturasi yang terjadi hanya pada bentuk dan pemaknaan bangunan (G)ereja, sedangkan fungsinya tetap mengikuti liturgi (G)ereja Katolik yang sudah ditetapkan. Bentuk bangunan Gereja Bunda Maria memiliki unsur arsitektur Gotik dan arsitektur Jawa dimana pemaknaannya pun mendapat pengaruh dari keduanya. Walau demikian, pemaknaan bangunan (G)ereja sebagai bangunan sakral tidak mengalami pergeseran ataupun kehilangan kesakralannya tersebut. Hasil ini didapatkan dari interpretasi pada data – data yang ada di lapangan dengan data – data rujukan yang dikumpulkan pada studi literatur. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para praktisi, akademisi, dan masyarakat luas dalam memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman mengenai kajian dari inkulturasi arsitektur. Untuk pihak (G)ereja, diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan dokumentasi untuk arsip (G)ereja kedepannya. Diharapkan pula dapat menjadi kajian kritis yang dapat bermanfaat untuk menyumbang wawasan dalam proses perancangan arsitektur serta untuk penelitian serupa maupun penelitian lanjutan en_US
dc.language.iso Indonesia en_US
dc.publisher Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik - UNPAR en_US
dc.subject inkulturasi arsitektur en_US
dc.subject (G)ereja Katolik en_US
dc.subject arsitektur Jawa en_US
dc.title Relasi fungsi, bentuk, dan makna inkulturasi arsitektur Gereja Bunda Maria Paroki Dukuh Semar di Cirebon en_US
dc.type Undergraduate Theses en_US
dc.identifier.nim/npm NPM2016420038
dc.identifier.nidn/nidk NIDN0425096001
dc.identifier.kodeprodi KODEPRODI611#Arsitektur


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search UNPAR-IR


Advanced Search

Browse

My Account