Abstract:
Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi manusia untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Seluruh masyarakat di Indonesia tentunya membutuhkan air tak terkecuali juga penduduk di Kota Bandung. Seiring dengan terus meningkatnya jumlah penduduk di Kota Bandung setiap tahun, secara otomatis kebutuhan akan air bersih untuk keperluan domestik dan air minum juga akan turut meningkat. Salah satu sumber penyedia air bersih di Kota Bandung berasal dari PDAM Tirtawening. Namun PDAM Tirtawening sampai saat ini hanya mampu memenuhi kebutuhan air bersih penduduk Kota Bandung sebesar kurang lebih 40 % saja. Sedangkan sisanya, sebagian besar penduduk Kota Bandung memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya. Air tanah tersebut biasanya diperoleh dari sumur gali dan sumur pompa yang di buat masyarakat. Namun, air tanah banyak mengandung unsur logam terlarut seperti besi (Fe). Oleh karena itu diperlukan pengolahan air untuk mereduksi besi agar dapat memenuhi baku standar kualitas air bersih. Salah satu metode pengolahan air yang mudah diterapkan dan cukup efektif adalah proses aerasi. Prinsip dari proses aerasi adalah mengontakkan oksigen dari udara dengan air agar bereaksi membentuk senyawa yang mudah mengendap sehingga dapat dipisahkan dengan mudah.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh laju volumetrik udara, volume air aerasi, dan kadar awal besi terhadap kecepatan penurunan kadar besi di dalam air tanah sintetik. Variasi percobaan mencakup variasi laju volumetrik pada 2990, 2400, dan 1780 mL/menit; variasi volume air aerasi pada 1 dan 2 L; serta variasi konsentrasi awal Fe2+ pada 1 dan 2 ppm. Proses aerasi dilakukan secara batch dengan waktu aerasi selama 360 menit dengan waktu sampling tiap 15 menit. Analisa kadar besi menggunakan senyawa fenantrolin dengan intrumen uji spektrofotometer Uv-Vis.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kecepatan penurunan besi sebanding dengan besarnya laju volumetrik udara yang diumpankan, berbanding terbalik dengan banyaknya volume air aerasi, dan berbanding terbalik dengan besarnya konsentrasi awal Fe2+. Dari perhitungan nilai k pada setiap variasi percobaan dapat disimpulkan bahwa semakin cepat waktu reaksi maka nilai konstanta laju reaksi (k’) akan menjadi lebih besar.