Abstract:
Menurut Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) salah satu PDB terbesar berasal dari
subsektor fashion. Kota Bandung merupakan kota yang terbukti memiliki perkembangan
pesat industri fashion dengan menawarkan produk-produk yang memiliki kualitas, dan
desain yang terbaik. Industri fashion dalam perkembangannya tidak terlepas dari berbagai
risiko-risiko yang terjadi di dalam rantai pasokan. Maka, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui serta memetakan risiko-risiko rantai pasokan (Supply Chain Risk) dan
mengetahui desain rantai pasokan (Supply Chain Design Strategy) seperti apa yang
diterapkan oleh 10 pelaku usaha industri fashion Kota Bandung saat ini.
Risiko rantai pasokan didefinisikan sebagai kejadian yang memiliki
dampak negatif terhadap operasional rantai pasokan. Desain rantai pasokan memiliki
pengertian kemampuan untuk pulih dari gangguan dengan mengembangkan kapabilitas
responsif, khususnya melalui redudansi dan fleksibilitas. Risiko rantai pasokan memiliki
dua dimensi yaitu risiko makro dan risiko mikro. Dimensi risiko makro memiliki enam
indikator yaitu politik, ekonomi, sosial, teknologi, hukum, dan lingkungan. Dimensi risiko
mikro memiliki enam indikator yaitu permintaan, manufaktur, penawaran, transportasi,
informasi, dan keuangan. Sementara itu, desain rantai pasokan tiga dimensi yaitu sourcing
strategy, redundant strategy, dan flexible strategy. Dimensi sourcing strategy memiliki dua
indikator yaitu strict supplier selection dan global sourcing. Dimensi redundant strategy
memiliki dua indikator yaitu multi-sourcing dan strategic stock. Dimensi flexible strategy
memiliki dua indikator yaitu flexible transportation, dan factory re-design.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif karena memiliki tujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan risiko rantai pasokan dan desain rantai pasokan
yang dimiliki oleh 10 pelaku usaha industri fashion di Kota Bandung. Objek penelitian ini
meliputi UNKL347, Speed Tuner, Proshop, Watchourwords, Hafs, W Clothing Delegation,
Kitc, Buttonpatch, Rabbit and Wheels, dan Holla Club. Teknik pengumpulan data atau
informasi dilakukan secara observasi dan wawancara pada manajer atau pemilik, maupun
karyawan. Analisa data yang digunakan adalah mengkuantitatifkan data yang diperoleh
secara kualitatif dengan menggunakan teknik rubrik penilaian (scoring rubric).
Berdasarkan hasil penelitian, dari variabel supply chain risks dimensi
risiko makro merupakan dimensi yang paling berdampak bagi 10 pelaku usaha industri
fashion Kota Bandung. Adapun indikator dari dimensi risiko makro yang paling berdampak
adalah indikator teknologi. Dari dimensi risiko mikro indikator yang paling berdampak
adalah indikator permintaan. Dari variabel supply chain design strategy dimensi sourcing
strategy merupakan dimensi yang paling banyak diterapkan oleh 10 pelaku usaha industri
fashion Kota Bandung. Adapun indikator dari dimensi sourcing strategy indikator yang
lebih banyak diterapkan oleh sepuluh pelaku usaha industri fashion adalah indikator strict
supplier selection. Dari dimensi redundant strategy indikator yang lebih banyak diterapkan
oleh sepuluh pelaku usaha industri fashion adalah indikator multi-sourcing. Dari dimensi
flexible strategy indikator yang lebih banyak diterapkan oleh sepuluh pelaku usaha industri
fashion adalah indikator flexible transportation. Hasil penelitian ini hanya berlaku pada 10
pelaku usaha industri fashion Kota Bandung yang penulis teliti.