Abstract:
Dalam konteks arsitektur masa kini, banyak karya arsitektur yang mencoba mengembalikan nilai-nilai dan bentuk fisik arsitektur tradisional, sebagai bentuk pelestarian arsitektur masa lampau dalam konteks waktu masa kini, dan merupakan pengembangan dari konsep-konsep tradisional dengan teknologi yang lebih maju.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap wujud budaya Jawa yang terkandung dalam struktur dan konstruksi, serta tektonika Masjid Said Naum, serta tindakan-tindakan pelestarian yang terjadi di dalamnya. Atribut spesifik yang diteliti adalah struktur dan konstruksinya, dengan lingkup tektonika ruang, struktur, dan ornamen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menjabarkan pengamatan struktur dan konstruksi Masjid Said Naum menggunakan teori tektonika beserta identifikasi wujud budaya Jawa yang terkandung di dalamnya, sehingga menemukan tindakan-tindakan yang diambil dalam melakukan pelestarian budaya Jawa.
Hasil penelitian mengungkap budaya Jawa yang dilestarikan pada sistem struktur dan konstruksi, serta tektonika Masjid Said Naum dalam wujud artefak, aktivitas, dan gagasan. Tindakan pelestarian yang dilakukan adalah tindakan adaptasi dan preservasi.
Terjadi tindakan adaptasi wujud artefak budaya Jawa pada elemen-elemen fisik Masjid Said Naum, dimana banyak terjadi reinterpretasi oleh arsitek, seperti penghilangan kolom soko guru dan inovasi bentuk tajug untuk memanfaatkan material dan teknologi yang lebih modern, namun dari segi aktivitas sebagian besar masih dipreservasi karena mengingat fungsi masjid yang sejalan dengan aktivitas beribadah dan status sosial masyarakat Jawa. Wujud gagasan budaya Jawa mengalami tindakan adaptasi dan preservasi, dimana adaptasi terjadi sebagai bentuk pergerakan bahasa ruang dan struktur yang lebih modern, dan preservasi dari prinsip-prinsip karakter orang Jawa yang saling mendukung dan menjaga keseimbangan diri dengan alam.
Dapat disimpulkan bahwa struktur dan konstruksi Masjid Said Naum, meskipun telah mengalami proses adaptasi yang ekstensif untuk menyesuaikan diri terhadap konteksnya, tetap menghasilkan produk arsitektur yang melestarikan budaya Jawa, terutama pada tatanan struktur yang sejalan dengan konsep ketuhanan di Jawa, dan ekspresi struktur yang jujur dan apa adanya namun tetap memiliki makna pada setiap elemen dan penempatannya.