Abstract:
Safezone merupakan Coffee Shop yang berada di Kota Bandung. Safezone berada di Jalan
Cibadak nomor 229. Safezone berdiri sejak 20 Desember 2018, Safezone menawarkan
produk kopi dan juga makanan ringan sebagai pelengkap untuk menemani pengunjung yang
sedang menikmati kopi. Coffee Shop Safezone memiliki gejala penurunan jumlah
pengunjung dan sepinya pengunjung. Melihat gejala tersebut, penulis tertarik dengan adanya
gejala yang dialami Safezone dan melakukan observasi lebih lanjut dengan melakukan
wawancara. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, penulis menarik kesimpulan
bahwa kualitas pelayanan merupakan faktor yang mempengaruhi rendahnya niat beli ulang
konsumen terhadap Safezone.
Penulis melakukan penelitian dengan mengumpulkan data dan mengolah data secara
kuantitatif dengan metode analisis deskriptif serta analisis regresi linear berganda.
Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis menggunakan kuesioner yang disebar kepada
100 orang responden di Kota Bandung yang pernah membeli produk Safezone. Dengan
melakukan pengolahan data berdasarkan hasil kuesioner, penulis berharap dapat melihat
pengaruh kualitas pelayanan terhadap niat beli ulang konsumen.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif penulis menarik kesimpulan bahwa konsumen
memiliki persepsi yang kurang baik terhadap kualitas pelayanan yang terbagi dalam 5
dimensi yaitu Tangible, Empathy, Reliability, Assurance, dan Responsiveness. Dari kelima
dimensi tersebut, yang berpengaruh terhadap niat beli ulang konsumen terhadap produk
Safezone adalah Tangible dan Responsiveness. Berdasarkan analisis regresi linear berganda,
pengaruh kualitas pelayanan yang terbagi dalam dimensi Tangible, Empathy, Reliability,
Assurance dan Responsiveness sebesar 26,3% terhadap niat beli ulang konsumen. Saran dari
penulis berdasarkan penelitian bagi Safezone adalah sebaiknya Safezone lebih berusaha lagi
untuk menjaga fasilitas fasilitasnya, seperti kebersihan meja dan kursinya, menyediakan
jaringan Wi-fi dengan lebih baik, dan memberikan tempat parkir yang lebih luas lagi dan
Safezone sebaiknya melakukan Training and Development secara lebih baik kepada
karyawannya, sehingga frekuensi terjadinya kesalahan kesalahan dari karyawan menjadi
lebih sedikit.