Abstract:
Dalam arsitektur, pengalaman ruang memiliki peran penting dalam menciptakan suasana.
Tidak terkecuali arsitektur hotel yang terus berkembang dengan berjalannya waktu. Beragam
arsitektur hotel didesain dengan pendekatan yang berbeda. Beberapa hotel yang tersebar di seluruh
dunia melakukan pendekatan desain dengan bentuk yang universal. Adapun desain hotel yang
berusahan untuk menampilkan kespesfikan tempat seperti Hotel Resor Amanjiwo Yogyakarta. Hotel
Resor Amanjiwo yang berlokasi di Magelang menggunakan Candi Borobudur sebagai inspirasi dari
desainnya. Keselarasan antara budaya dengan tampilan bangunan hotel resor diterapkan pada
tatanan massa dan wujud bangunan. Keunikan bentuk Hotel Resor Amanjiwo menjadikannya
sebuah objek yang menarik untuk diamati dan dikaji secara mendalam mengenai kaitannya secara
khusus dengan tempat atau dengan Candi Borobudur. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan
untuk memahami dan mendeskripsikan secara mendalam esensi pengalaman ruang dengan
penekanan pada elemen pelingkup arsitektur Hotel Resor Amanjiwo Yogyakarta.
Penelitian dilakukan dengan mendeskripsikan objek studi dan mereduksi karya arsitektur
berdasarkan anatomi arsitekturalnya. Untuk mendeskripsikan esensi pengalaman ruang Hotel Resor
Amanjiwo secara induktif, penulis menggunakan teori anatomi arsitektural. Setelah melakukan
reduksi karya arsitektur, penulis menentukan alur perjalanan fenomenologis sesuai dengan
pendekatan fenomenologi M Reza Shirazi. Berdasarkan titik- titik yang telah ditentukan, penulis
mengupas elemen pelingkup eksisting dan membuat studi alernatif berdasarkan teori properti dan
komposisi. Studi alternatif ini dibentuk berdasarkan tingkatan Candi Borobudur yaitu Kamadhatu,
Rupadhatu, dan Arupadhatu. Kemudian penelitian dilakukan dengan mewawancarai beberapa
informan yang telah mengalami ruang Amanjiwo terutama lobi, restoran, dan suite secara
mendalam. Ketiga ruang ditentukan berdasarkan karakternya yang berbeda dalam mengadopsi
desain Candi Borobudur.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat elemen arsitektural yang berperan dominan
dalam pembentukan suasana. Material batu paras Jogja warna kuning-krem yang seragam
penggunaanya menampilkan kesan hangat dan menciptakan suasana tenang. Keterbukaan ruang
juga menciptakan kesan mengundang. Dari hasil wawancara, ditemukan bahwa Amanjiwo berhasil
dalam menampilkan kesan candi dalam rancangannya. Hal ini terlihat pada atap bangunan yang
menyerupai stupa candi, dan pembagian ruangnya yang simetris dan berundak.
Dari hasil analisis yang disampaikan, ditemukan kerangka fenomenologis yang digunakan
dalam penelitian sesuai dengan pendekatan fenomenologi M Reza Shirazi. Hotel Resor Amanjiwo
berhasil menyampaikan kesan candi ke dalam bangunan yang terbentuk dari pengalaman ruangnya.
Elemen pelingkup bangunan mendukung pensuasaan tenang Amanjiwo yang sesuai dengan
fungsinya sebagai tempat peristirahatan.