Abstract:
Tunanetra merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kondisi
seseorang yang mengalami hambatan pada indra penglihatan. Mereka melakukan aktivitas yang serupa dengan kita, ikut berpartisipasi dalam komunitas di ruang-ruang publik dengan menggunakan alat bantu seperti tongkat agar mereka dapat melakukan kegiatan dengan orang – orang yang memiliki indra penglihatan yang berfungsi baik. Bagi mereka yang merancang dan membangun ruang publik, membuat ruang-ruang tersebut lebih mudah diakses untuk orang-orang dengan masalah penglihatan adalah pertimbangan penting. Ruang publik harus dapat digunakan oleh semua golongan masyarakat, tidak terkecuali penyandang tunanetra. Beberapa penyandang tunanetra menyampaikan kesulitannya dalam berorientasi di beberapa taman tematik Kota
Bandung. Salah satu dari taman tematik di Kota Bandung adalah Taman Alun-alun Bandung yang walaupun mengalami pergeseran makna filosofis, Taman Alun-alun Bandung tidak pernah mengalami degradasi sebagai ruang terbuka publik sejak tahun 1800. Kajian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah lingkungan fisik di Taman Alun-Alun Bandung telah memenuhi kebutuhan penyandang tunanetra, terkait dengan orientasi dan mobilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah penelitian komparatif, yaitu membandingkan antara kondisi lapangan dan standar yang ada yaitu penilaian Kementerian PUPR dari Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam menilai keandalan bangunan. Kemudian, hasil analisis tersebut akan
dibandingkan dengan persepsi penyandang tunanetra. Setelah dilakukan sintesis antara analisis berdasarkan standar pemerintah dan analisis berdasarkan persepsi penyandang tunanetra dapat disimpulkan bahwa lingkungan fisik di Taman Alun-alun Bandung belum memenuhi kebutuhan penyandang tunanetra dalam mengetahui posisinya (orientasi) dan bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya (mobilitas)