Abstract:
Semakin berjalannya waktu, masyarakat yang menyukai kopi semakin meningkat.
Kopi telah menjadi bagian dari gaya hidup, bahkan kopi sangat digemari oleh kalangan
anak muda dan juga dalam dunia bisnis sehingga harga kopi tergolong mahal. Hal itu
membuat bisnis coffee shop di Bandung semakin mengalami peningkatan pula. Salah satu
coffee shop yang ada di Bandung adalah Kuro Koffee. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalis organisasi yang ada di Kuro Koffee agar dapat dijalankan dan tumbuh dengan
lebih baik kedepannya. Organisasi diteliti dengan menggunakan model Greiner dan konsep
yang dikembangkan oleh Cameron dengan menggunakan kuesioner OCAI.
Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan riset evaluasi pada
populasi berjumlah 40 orang. Data yang dikumpulkan menggunakan wawancara dan
penyebaran kuesioner yang bersifat kualitatif, yaitu data yang berisi informasi yang
berbentuk kalimat verbal bukan dengan angka. Berdasarkan analisis yang dilakukan,
Organisasi yang dimiliki oleh Kuro Koffee Bandung saat ini berada pada tahap 2 Greiner
yaitu struktur organisasi yang dimiliki masih bersifat fungsional sederhana, sistem yang
dimiliki sudah mulai formal karena sudah adanya posisi manajer dalam organisasi dilihat
dari sistem pengambilan keputusan dimana keputusan ada di tangan manajernya, lalu
adanya pengendalian biaya yang dibebankan kepada manajer HR dan accounting, gaya
kepemimpinan pada Kuro Koffee tidak terlalu otoriter karena karyawan masih boleh
memberi masukan, hanya saja keputusan masih di tangan manajer. Untuk budaya, Kuro
Koffee saat ini menganut budaya clan dimana para karyawan berharap agar budaya ini lebih
ditingkatkan lagi.
Dari analisis yang dilakukan terhadap organisasi Kuro Koffee diperoleh hasil
bahwa organisasi yang ada saat ini sudah berada pada tahap 2 model pertumbuhan greiner
dan sedang menghadapi krisis otonom. fokus utama Kuro Koffe adalah efisiensi. Kuro
Koffee pun sangat memperhatikan kualitas bahan baku yang akan mereka gunakan dan
akan mengatur penggunaan bahan baku dengan efisien. Untuk stuktur organisasi Kuro
Koffee bersifat fungsional dan tersentral. Dimana juga terlihat dari pengambilan
keputusannya di putuskan oleh 1 orang pimpinan saja. Hal ini lah yang memicu krisis
otonom tersebut. Untuk gajinya sendiri, Karyawan dan para manajer dihargai melalui gaji
dan sistem penilaian kinerja.