Abstract:
Menjunjung tinggi hak asasi manusia dan berperan dalam menjaga
kedamaian dunia menjadi bagian dari prinsip-prinsip luar negeri Jerman, sehingga
kebijakan luar negeri Jerman selayaknya selalu bersifat stabil dan sejalan dengan
prinsip-prinsip tersebut. Adanya perubahan dalam kebijakan suaka Jerman
dari open door policy menjadi kebijakan suaka yang tertutup atau terbatas
menunjukkan sebuah kontradiksi dari karakter kebijakan luar negeri Jerman.
Dengan semakin menjauhnya jiwa kebijakan suaka Jerman dari prinsip-prinsip
kebijakan luar negeri yang dianutnya, permasalahan ini juga menunjukkan adanya
instabilitas yang perlu diteliti lebih lanjut.
Melalui pertanyaan penelitian "Mengapa Jerman melakukan perubahan
terhadap kebijakan suaka tahun 2015 - 2018?", penelitian ini menilik perubahanperubahan
pada area domestik dan internasional yang secara bersamaan
memberikan tekanan untuk berubah kepada kebijakan suaka Jerman. Dikarenakan
sebuah kebijakan luar negeri lahir dari sebuah proses kompleks yang melibatkan
beragam aktor dan faktor, maka penyebab perubahan suatu kebijakan pun turut
berasal dari berbagai aspek. Melalui pendekatan eklektik, penelitian ini
menampilkan analisis menyeluruh dari setiap parameter induksi-perubahan yang
ada di ranah domestik dan internasional yang memberikan tekanan senada bagi
perubahan kebijakan suaka Jerman.
Penelitian ini menemukan bahwa pemberlakuan open door
policy menginisiasi perubahan-perubahan dalam ranah domestik dan internasional,
di mana perubahan-perubahan kondisi tersebut berbalik arah menekan adanya
perubahan kebijakan suaka Jerman menjadi tertutup atau terbatas. Sebagai seorang
kanselir, Merkel memiliki keleluasaan dalam menentukan kebijakan luar negeri.
Maka, untuk menjaga dominasi partainya serta kursinya sebagai kanselir di periode
selanjutnya sembari mencegah semakin berpengaruhnya pihak oposisi dari budaya
politik alternatif dan policy entreprenur serta menyesuaikan kebijakan dengan
keinginan publik yang berubah, Merkel memutuskan untuk mengubah kebijakan
suaka. Dengan kapabilitas Jerman yang terbatas, konflik tidak berkesudahan yang
menyebabkan jumlah pengungsi selalu bertambah menemui rekor baru serta masih
tidak adanya solusi kolektif Uni Eropa turut memberikan tekanan untuk berubah
bagi kebijakan suaka Jerman.