Abstract:
Ketika agama Katolik pertama kali mulai masuk ke Indonesia, konsep arsitektur lokal tidak ditinggalkan begitu saja; tetapi dilakukan perpaduan budaya lokal dengan budaya yang baru masuk. Keadaan ini banyak ditemukan dalam berbagai wujud arsitektur gereja, terutama di Jawa. Identifikasi gereja sebagai bangunan di Jawa diterapkan oleh bangunan ini melalui adaptasi bentuk dan ornamen yang menyesuaikan dengan budaya Jawa. Penambahan ornamen tidak hanya digunakan untuk memperindah atau meramaikan bangunan saja; tetapi menjadi identitas dan memperkaya nilai budaya pada bangunan, terutama bangunan keagamaan.
Studi tentang hasil pertemuan budaya berupa ornamen memiliki peran cukup penting, mengingat adanya tujuan khusus dalam penambahan ornamen pada bangunan-bangunan keagamaan tradisional di Indonesia. Penerapan ornamen Jawa Tengah dalam gereja juga bisa saja diwarnai oleh pengaruh agama Katolik; mengingat perbedaan latar belakang agama Katolik dengan budaya Jawa. Budaya Jawa sangat dipengaruhi oleh Hindu-Budha yang berasal dari Asia; sedangkan agama Katolik lahir dari Eropa. Penerapan budaya Jawa dalam bangunan gereja dapat dipelajari dalam rangka mengungkap klasifikasi ornamen Jawa Tengah dalam gereja Katolik dan bagaimana makna ornamen tersebut dalam bangunan gereja.
Penelitian diawali dengan studi teori tentang tipe, makna, dan ornamen. Studi tentang ornamen Jawa Tengah dan gereja Katolik serta budaya yang memengaruhinya diperlukan untuk mengenali objeks studi lebih dalam. Pendekatan penelitian menggunakan penelitian kualitatif; yaitu metode penelitian untuk meneliti objek alamiah, dengan peneliti sebagai instrumen kunci. Data yang dikumpulkan berupa data deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolik ornamen pada objek studi dan pengaruh agama Katolik pada penerapan dan pemaknaan ornamen tersebut. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata deskripsi, angka (dimensi elemen struktur), dan gambar (foto dan sketsa) untuk produksi sketsa dan model 3D bangunan.
Ditemukan enam belas motif ornamen yang masing-masingya memiliki beberapa variasi dengan total 66 variasi dalam 16 tipe ornamen. Ornamen yang paling banyak ditemukan adalah ornamen flora dengan tipe lung-lungan yang memiliki 17 variasi. Setiap variasi lung-lungan ditemukan di area dengan hirarki yang tinggi. Hampir seluruhnya ditemukan di tumpang sari dan beberapa di antaranya ditemukan di sekitar altar dalam wujud yang mengalami perkembangan; dari tanaman kluwih, keben, markisa, melati, dan teratai menjadi tanaman anggur dan gandum yang tidak lazim ditemukan di bangunan tajug pada umumnya. Perkembangan ini juga memengaruhi makna ornamen. Ornamen lung-lungan anggur dan gandum melambangkan Kristus, sehingga menjadi bermakna bagi umat Katolik.Ornamen yang paling sedikit digunakan adalah ornamen fauna dan manusia; hanya ada dua burung merpati di meja dan dinding altar, sepasang malaikat, arca Yesus dan Maria, serta kaca patri yang terdapat di skylight dan jendela tepi.
Pada umumnya, ornamen akan mengalami perkembangan baik dalam bentuk maupun maknanya ketika ornamen tersebut ditempatkan di area-area yang memiliki hirarki tinggi. Tingkatan hirarki tertinggi dalam ruangan adalah di area panti imam, sehingga di sanalah ornamen dengan makna terdalam ditempatkan.