Abstract:
Kesultanan Yogyakarta pada masa kepemimpinan Sultan Hamengkubuwono I merencanakan sebuah upaya membangun beberapa masjid untuk menandakan daerah kekuasaannya sekaligus sarana untuk menyebarkan Agama Islam di Yogyakarta yang disebut Masjid Pathok Negoro. Masjid – masjid Pathok Negoro juga menjadi pendamping dari Masjid pusat, yaitu Masjid Gedhe Kauman, sehingga masih ada hubungan secara politik, keagamaan, budaya dan tentunya kemiripan elemen arsitektur. Beragamnya fungsi pada bangunan peribadatan menjadikan fenomena Masjid Pathok Negoro tidak dapat ditemukan di masjid atau daerah lainnya.
Terdapat 5 masjid yang masih ada hingga sekarang yaitu: (1)Plosokuning di Utara, (2)Mlangi di Barat Daya, (3)Babadan di timur, (4)Wonokromo di tenggara dan (5)Dongkelan di Selatan. Diantara kelima Masjid Pathok Negoro tersebut, objek yang dipilih adalah Masjid Pathok Negoro Plosokuning dengan alasan keaslian bangunannya yang masih terjaga dibandingkan dengan Masjid Pathok Negoro lainnya Terbukti dengan statusnya sebagai bangunan cagar budaya, sehingga objek menjadi relevan untuk dikaji sebagai bangunan yang kaya akan tanda dan makna.
Sebagai sebuah masjid tentunya memiliki fungsi – fungsi untuk menampung aktivitas ritual Islam yang merupakan kebutuhan dasar dalam agama Islam seperti berwudhu, kegiatan ritual harian (shalat), hingga ziarah kubur. Masjid Pathok Negoro Plosokuning sebagai masjid Kesultanan Yogyakarta tentunya juga terbentuk dari elemen – elemen yang menyikapi aktivitas ritual tersebut. Karena Masjid Pathok Negoro Plosokuning sarat dengan tanda dan makna maka digunakan pendekatan semiotika untuk menentukan signifikansi dari Masjid Pathok Negoro Plosokuning.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengenali signifikansi Masjid Pathok Negoro Plosokuning melalui pendekatan semiotika. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan observasi lapangan dan wawancara untuk menemukan data fisik dan non-fisik dari Masjid Pathok Negoro Plosokuning. Selain itu Studi literatur juga dilakukan untuk mencari teori – teori terkait arsitektur masjid Jawa. Analisis dilakukan pada elemen – elemen Masjid Pathok Negoro Plosokuning dengan menggunakan teori semiotika dalam arsitektur untuk membaca tanda – tanda(ikon, indeks, simbol) pada objek yang dielaborasikan dengan teori anatomi arsitektur untuk menentukan batasan – batasan atau konteks berupa lingkup lingkungan, tapak, bentuk dan sosok.
Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa tanda – tanda dari elemen pada Masjid Pathok Negoro Plosokuning menunjukkan adanya signifikansi – signifikansi yang beragam. Masjid Pathok Negoro Plosokuning menunjukkan adanya signifikansi kekuasaan, ritual dan budaya.