Abstract:
Bisnis makanan dan minuman yang tidak pernah mati membuat restoran selalu
ada dan semakin meningkat. Hal ini membuat perusahaan harus lebih kompetitif dalam
menjalankan usaha sehingga tidak kalah bersaing dengan para pesaing. Perusahaan yang
bergerak di bisnis kuliner perlu memperhatikan aktivitas pengelolaan persediaan bahan baku
yang terdiri dari pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pengeluaran serta pencatatan persediaan
bahan baku agar pengelolaan persediaan bahan baku berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam
upaya mengelola persediaan bahan baku agar efektif dan efisien, maka perusahaan dapat
melakukan pemeriksaan operasional.
Pemeriksaan operasional adalah proses mengevaluasi efektivitas dan efisiensi
operasi perusahaan. Hasil dari pemeriksaan operasional yaitu berupa rekomendasi yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam melakukan perbaikan. Pengelolaan
persediaan merupakan kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengendalian aktivitas yang
berhubungan dengan arus persediaan masuk dan keluar dalam sebuah perusahaan supaya
berjalan efektif dan efisien.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.
Metode penelitian deskriptif membantu peneliti untuk memahami karakteristik kelompok dalam
situasi tertentu, membantu berpikir secara sistematis tentang aspek-aspek dalam situasi tertentu,
menawarkan ide untuk penyelidikan dan penelitian lebih lanjut, dan membantu membuat
keputusan tertentu. Objek penelitian ini adalah pemeriksaan operasional atas aktivitas
pengelolaan persediaan dengan lokasi penelitian di PT. Cita Rasa Prima Indonesia Berjaya.
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan sumber data primer yaitu hasil wawancara
dan hasil observasi, serta sumber data sekunder yaitu dokumentasi perusahaan. Data yang telah
dikumpulkan kemudian diolah untuk menghasilkan kesimpulan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan operasional, pengelolaan persediaan pada
perusahaan secara umum belum memadai. Peneliti menemukan beberapa kelemahan yaitu
aktivitas penerimaan pesanan dari outlet dan pemesanan bahan baku ke supplier, aktivitas
penerimaan bahan baku dari supplier, penyimpanan bahan baku di gudang, pengeluaran dan
pengiriman bahan baku ke outlet, aktivitas pencatatan, dokumentasi dan sistem ERP yang
belum memadai. Kelemahan-kelemahan yang ada menunjukkan bahwa pengelolaan persediaan
belum efektif dan efisien. Berdasarkan data perusahaan bulan September hingga November
tahun 2018, perusahaan mengalami kerugiaan karena bahan baku yang rusak akibat kedaluwarsa
maupun suhu tempat penyimpanan yang kurang baik/kurang stabil dan kemasan yang rusak
yaitu sebesar Rp 60.315.651. Permintaan outlet yang tidak terpenuhi menyebabkan potensi
kehilangan pendapatan sebesar Rp 56.096.174 karena tidak dapat menjual menu tertentu dan
tambahan biaya sebesar Rp 18.028.942 karena membeli bahan baku dari retail yang harganya
relatif lebih mahal dari supplier. Bahan baku dari supplier yang datang terlambat juga
menyebabkan potensi kehilangan pendapatan Rp 180.235.440 karena tidak dapat menjual menu
tertentu, penurunan pendapatan sebesar Rp 3.019.832 karena mengganti menu yang sebenarnya
diinginkan dan tambahan biaya sebesar Rp 6.832.000 karena membeli bahan baku dari retail
yang harganya relatif lebih mahal dari supplier. Rekomendasi yang diberikan oleh peneliti antara
lain adalah tim demand planning membuat kriteria buffer stock balance sesuai dengan kebutuhan
masing-masing bahan baku, membuat laporan pemeriksaan rutin QA dan QC. Perusahaan juga
harus selalu bekerja sama dan berkonsultasi dengan pihak ketiga yang kompeten untuk
memaksimalkan peran ERP terhadap perusahaan.