Abstract:
Persaingan yang ketat antar perusahaan dalam era globalisasi ini mengakibatkan setiap
perusahaan dituntut untuk meningkatkan kualitas produksinya, khususnya industri garmen di
Indonesia harus bekerja lebih keras agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
dengan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Analisis biaya kualitas dipilih sebagai upaya
agar perusahaan memiliki produk yang berkualitas. Untuk melakukan analisis biaya kualitas ada
beberapa hal yang harus diketahui, yaitu: jenis-jenis kecacatan yang ada di perusahaan, cara
pengendalian kualitas di perusahaan, penerapan analisis biaya kualitas di perusahaan, dan peranan
analisis biaya kualitas di perusahaan.
Kualitas merupakan salah satu aspek yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja usaha
dari suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki kualitas terbaik dalam hal produk, pelayanan
maupun berbagai kegiatan dalam perusahaan akan memiliki kinerja usaha yang baik. Kualitas
menurut The American Society for Quality seperti yang dikutip oleh Datar (2018:769), merupakan
keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari sebuah produk berupa barang atau jasa yang dihasikan
sesuai dengan spesifikasi untuk memenuhi kepuasan pelanggan pada waktu pembelian dan selama
pemakaian produk tersebut. Menurut Datar (2018:770) ada dua ukuran untuk mengukur kualitas,
yaitu ukuran financial dan ukuran nonfinancial. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
ukuran financial yaitu metode biaya kualitas untuk meningkatkan kualitas yang ada di perusahaan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis.
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berhubungarn dengan masalah yang
diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder diperoleh
melalui studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, perusahaan Gemilang Putera
500 membagi jenis kecacatan menjadi kategori B untuk produk cacat yang masih dapat diperbaiki
dan kategori C untuk produk cacat yang tidak dapat diperbaiki. Jenis kecacatan yang paling banyak
terjadi adalah salah potong dan salah jahit sebesar 57% dari total jenis kecacatan yang ada. Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa penyebab kecacatan di perusahaan diakibatkan oleh tenaga
kerja, metode dan bahan baku. Perusahaan belum melakukan analisis biaya kualitas, perusahaan
juga tidak memiliki aktivitas pencegahan dan panduan secara tertulis. Hal ini karena perusahaan
memfokuskan aktivitas pengendalian kualitasnya untuk aktivitas inspeksi dan rework. Dari hasil
analisis biaya kualitas ditemukan, biaya kualitas yang dimiliki perusahaan terdiri dari prevention
cost sebesar Rp 0, appraisal cost sebesar Rp 36.000.000 atau 7%, internal failure cost sebesar Rp
465.980.000 atau 88% dan external failure cost sebesar Rp 25.032.000 atau 5%. Penulis
menyarankan agar perusahaan memiliki penanggulangan terkait masalah tenaga kerja, metode dan
bahan baku. Dengan adanya analisis biaya kualitas, perusahaan dapat mengurangi biaya yang ada
berdasarkan penyebab kecacatan dan melakukan tindakan pencegahan untuk menanggulangi
kecacatan yang ada. Berdasarkan simulasi penerapan tindakan perbaikan yang disarankan penulis,
total biaya kualitas yang ada di perusahaan dapat berkurang.