dc.description.abstract |
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi dalam dunia industri, membuat tingkat persaingan bisnis semakin tinggi dan ketat. Oleh sebab itu, untuk menghadapi persaingan ini, setiap perusahaan dituntut untuk bisa maksimal dalam memberikan kemampuan terbaiknya dalam menghasilkan produk barang atau jasa yang ditawarkan. Bagi setiap perusahaan industri, proses produksi merupakan suatu hal yang sangat penting. Dalam proses produksi, bahan baku yang merupakan sebuah input yang akan diproses menjadi output. Untuk menunjang berlangsungnya proses produksi ini, ketersediaan bahan baku akan sangat mempengaruhi kelancaran proses produksi.
PT. S merupakan perusahaan manufaktur yang terletak di kota Bandung, Jawa Barat yang berfokus memproduksi kulit sintetis PVC. Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pembuatan kulit sintetis ini adalah bahan baku kimia. Dari hasil analisis ABC disimpulkan dari semua pemasok bahan baku yang ada terdapat 6 pemasok yang termasuk dalam kategori A, 8 pemasok yang termasuk dalam kategori B dan 13 pemasok yang termasuk dalam kategori C. Pada penelitian ini, hanya akan dilakukan pada pemasok yang tergolong dalam kategori A yaitu pemasok 7, 8, 12, 13, 19 dan 25. Pemasok 7,8 dan 25 termasuk kategori lokal dan pemasok 12,13 dan 19 termasuk dalam kategori impor.
Hasil penelitian ini adalah dapat disimpulkan bahwa PT. S dapat mengaplikasikan perhitungan ini terutama untuk bahan baku utama (yang tergolong dalam kategori A pada analisis ABC). Hasil perhitungan bahan baku cadangan (safety stock) untuk pemasok 7, bahan baku cadangan yang perlu dimiliki perusahaan yaitu sebanyak 4.011,12 untuk barang B7 dan 223,19 untuk barang B5. Pada pemasok 8, jumlah bahan baku cadangan terkecil yang harus dimiliki oleh PT. S yaitu sebesar 0,70 untuk barang C39 dan bahan baku cadangan terbesar yaitu sebesar 96,56 untuk barang C2. Sedangkan, untuk pemasok 25 jumlah bahan baku cadangan terkecil yang harus dimiliki oleh PT. S yaitu sebesar 5,13 untuk barang C29 dan bahan baku cadangan terbesar yaitu sebesar 189,37 untuk barang C32.
Untuk kategori impor, pemasok 19 dengan barang A9 bahan baku cadangan yang perlu dimiliki PT. S yaitu sebanyak 17.730,06. Pemasok 13 dengan barang A7 bahan baku cadangan yang perlu dimiliki perusahaan yaitu sebanyak 14.855,85. Sedangkan, pada pemasok 12 bahan baku cadangan yang perlu dimiliki PT. S yaitu sebanyak 5.924,18 untuk barang A5 dan 4.095,04 untuk barang A6.
Hasil perhitungan titik pemesanan kembali (reorder point) untuk pemasok 7 dengan jenis barang B7 yaitu sebesar 24.366,13 dan 803,48 untuk jenis barang B5. Pada pemasok 8, jenis barang C39 memiliki titik pemesanan terkecil yaitu sebesar 1,06 dan jenis barang C2 memiliki titik pemesanan terbesar yaitu sebesar 333,85. Sedangkan untuk pemasok 25, jenis barang C29 memiliki titik pemesanan terkecil yaitu sebesar 7,25 dan jenis barang C32 memiliki titik pemesanan terbesar yaitu sebesar 865,46.
Sedangkan untuk kategori impor, titik pemesanan kembali untuk pemasok 19 dengan jenis barang A9 yaitu 97.242,15. Pemasok 13 dengan barang A7 yaitu 89.199,86. Sedangkan untuk pemasok 12 titik pemesanan kembali untuk barang A5 adalah 27.272,12 dan 25.647,19 untuk barang A6. |
en_US |