Abstract:
Kerinduan seorang pendosa adalah kembali ke jalan yang benar. Seorang pendosa ingin mendapat pengampunan dan belaskasih. Kecanduan Napza adalah salah satu bentuk kedosaan yang merusak relasi manusia dengan Allah dan sesamanya. Pecandu Napza adalah korban dari kegagalan manusia dalam mengendalikan hasratnya sehingga ia menderita dan kehilangan martabat. Untuk kembali ke kehidupan normal dan mendapatkan kembali martabatnya, seorang pecandu Napza harus melalui proses rehabilitasi. Therapeutic Community adalah model rehabilitasi yang menekankan peran sesama dalam pemulihan. Suasana hidup berkomunitas, kekeluargaan, dan kebersamaan diupayakan dalam Therapeutic Community agar setiap pecandu Napza dapat merasakan kembali keutuhan dirinya sebagai manusia yang bermartabat dan penuh kasih. Therapeutic Community membutuhkan suatu model spiritualitas demi tercapainya nilai-nilai yang dicita-citakan. Perumpamaan Tentang Anak Yang Hilang dalam Lukas 15:11-32 memberikan inspirasi bagi model spiritualitas yang dapat digunakan dalam rehabilitasi pecandu Napza, yakni spiritualitas belaskasih dan kerahiman. Pecandu Napza memiliki kesamaan dengan tokoh anak bungsu dalam perumpamaan tentang anak yang hilang. Ia mengalami sebuah kejatuhan dan penderitaan akibat dosa. Setelah menyadari keadaannya, ia pulang dan diterima dengan belaskasih dan sukacita oleh bapanya. Meskipun, di dalam kepulangan itu ada saja tantangan dari sesama yang menolak pertobatan anak yang hilang. Dengan spiritualitas belaskasih dan kerahiman, seorang pecandu Napza diterima kembali di rumah rehabilitasi untuk dipulihkan martabatnya. Hanya belaskasih yang mampu mengubah segalanya. Belaskasih merehabilitasi.