dc.description.abstract |
Setelah Konsili Vatikan II, Gereja membuka diri dan tidak kaku terhadap dunia luar dan perkembangan globalisasi. Gereja mulai beradaptasi dan menerima perubahan yang mengikuti perkembangan jaman. Sikap keterbukaan gereja memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek, salah satunya adalah terhadap bentuk Arsitektur Gereja Katolik di Indonesia.Sejak awal kehadirannya di Indonesia, bentuk Arsitektur Gereja Katolik secara umum terbagi menjadi tiga fenomena: Pertama, merujuk pada bentuk ruang dalam Arsitektur Gotik (abad ke-12). Fenomena kedua pada bentuk ruang dalam Gereja Katolik di Indonesia yakni memiliki identitas masing-masing yang tercermin dari budaya dan kondisi lingkungan sekitarnya. Fenomena ketiga dari bentuk ruang dalam Arsitektur Gereja Katolik masa kini yaitu bentuk ruang dalam gereja yang semakin beragam dan memiliki kebebasan bentuk, sehingga hal itu berpengaruh pada konfigurasi bentuk ruang dalam dari Gereja Katolik itu sendiri yang semakin memudarkan makna sakralitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan secara tertulis mengenai proses intepretasi dan perwujudan konfigurasi bentuk ruang dalam arsitektur gereja katolik yang ideal sesuai dengan tuntutan fungsi, yakni liturgi.Tiga topik utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah konfigurasi bentuk ruang dalam, liturgi, dan arsitektur gereja Katolik. Hasil penelitian menunjukkan adanya sebagian aspek dari acuan yang terpenuhi dan sebagian yang tidak memenuhi aspek acuan konfigurasi bentuk ruang dalam gereja katolik menurut teori yang ada. Hal ini terlihat pada bentuk ruang dalam bangunan, elemen pelingkup ruang dalam bangunan, organisasi ruang, dan aktivitas liturgi yang berjalan di dalam bangunan. Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah untuk memperluas ilmu tentang perancangan konfigurasi bentuk ruang dalam pada Gereja Katolik yang ideal terhadap aspek fungsi Gereja Katolik yakni liturgi. |
en_US |