Abstract:
Perkembangan arsitektur modern perlahan-lahan mulai menghapus karakter konteks desain nusantara. Fungsi menjadi aspek desain utama tanpa memikirkan adanya unsur budaya maupun sejarah. Oleh karena itu, perlu adanya fokus dari mahasiswa arsitektur dan para arsitek untuk kembali mengembangkan arsitektur nusantara, salah satunya dalam bentuk akulturasi arsitektur. Sayangnya dalam perkembangan aspek budaya, aspek-aspek desain lainnya seperti fungsi, lingkungan, dan sosial seringkali terbengkalai.
Objek penelitian adalah Menara Pinisi UNM di kota Makassar. Fungsi dari objek ini adalah Gedung Pusat Pelayanan Akademik Universitas Negeri Makassar. Objek ini dipilih karena desainnya yang futuristic namun kaya akan latar belakang konsep budaya Makassar
Teori yang dipakai adalah teori budaya dan arsitektur lokal Makassar, arsitektur modern, teori akulturasi arsitektur, dan teori perancangan arsitektur berjudul Building Task karya Christian Norberg-Schulz. Teori budaya dan arsitektur lokal Makassar mencakup falsafah hidup Sulapa Eppa, Kapal Pinisi, rumah tradisional Makassar, serta konsep dari Universitas Negeri Makassar itu sendiri. Teori Building Task mencakup teori perancangan berdasarkan aspek lingkungan, fungsi, sosial, dan budaya.
Penelitian dilakukan dengan cara studi literatur, wawancara, dan survey langsung. Studi literatur dilakukan dengan teori-teori pada paragraph di atas. Wawancara dilakukan terhadap arsitek dan juga pengguna gedung, berkaitan dengan data dan juga penilaian pengguna berdasarkan parameter aspek Building Task.
Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan mengenai pentingnya akulturasi arsitektur lokal dan modern sebagai usaha pelestarian arsitektur nusantara. Sementara itu, penerapan unsur budaya dan lokalitas pada desain arsitektur seharusnya juga tidak mengabaikan aspek-aspek desain lainnya seperti lingkungan, fungsi, dan sosial.