Abstract:
Salah satu program prioritas pengendalian banjir Sungai Citarum Hulu yang direncanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Citarum pada periode 2016-2020 adalah proyek Terowongan Nanjung yang berlokasi pada Curug Jompong. Curug Jompong merupakan suatu ambang alam yang menyebabkan aliran air Sungai Citarum Hulu terhambat sebelum mengalir ke Waduk Saguling. Hambatan terjadi karena adanya terjunan dan penyempitan pada alur sungai, yang berakibat pada peningkatan elevasi muka air banjir daerah hulu. Terowongan Nanjung dipilih karena memberikan dampak perubahan morfologi sungai yang lebih kecil dibanding dengan mengubah kelandaian sungai. Dalam studi ini disimulasikan efek penurunan muka air setelah normalisasi dan pembangunan terowongan dengan HEC-RAS 4.1. Simulasi dilakukan dengan aliran langgeng, dengan debit periode ulang 5, 20, 25 tahun sebesar 580, 669, 737 m3/s secara berurutan. Hasil analisis menunjukkan adanya penurunan muka air banjir daerah Nanjung sebesar 1,70-1,77 m terhadap kondisi eksisting yang bervariasi terhadap debit banjir. Hasil simulasi kemudian dikalibrasi dengan hasil uji model fisik yang dilakukan oleh Pusair dalam berbagai debit, dengan hasil cukup memuaskan dengan rata-rata penyimpangan sebesar 6,3%. Hasil penelitian menyimpulkan penampang terbaik untuk mengalirkan debit banjir adalah bentuk boks berjumlah 2 (dua) terowongan. Hal ini disimpulkan berdasarkan analisis sensitifitas dengan signifikansi penurunan muka air banjir dan distribusi debit terowongan, dengan persen pengaliran terowongan sebesar 52% debit untuk Q50 tahun. Penurunan muka air banjir akibat Terowongan Nanjung juga berdampak ke arah hulu sejauh 30 km, dengan rata-rata penurunan sebesar 0,44 m pada daerah Dayeuhkolot.