Abstract:
Pencahayaan alami merupakan faktor penting dalam membangun sebuah
bangunan, salah satunya bangunan gereja. Sebagai tempat peribadatan gereja
membutuhkan pencahayan alami sebagai penerangan fungsional mau pun pemberian
makna tertentu dalam bangunan. Selain itu, mengacu pada Greenhsip, pencahayaan alami
yang baik juga dapat mengurangi energi yang dibutuhkan bangunan dalam beroperasi.
Efektivitas pencahayaan alami dapat ditinjau dari sisi kualitas dan juga kuantitasnya.
Pemenuhan tujuan cahaya alami ini dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah
lubang cahaya. Rancangan lubang cahaya mempunyai faktor yang mempengaruhi, yaitu
dimensi, material,orientasi dan juga posisi.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif-evaluatif dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Gereja St.Gabriel Bandung memiliki tiga lantai yang memiliki karakter ruang
dan pencahayaan alami yang berbeda. Pengambilan data dilakukan dengan obervasi,
pengukuran dan juga simulasi dari perangkat lunak Velux Daylight Visualizer 3.Data yang
di dapat di analisa dengan menggunakan teori pencahayaan alami. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada gereja St.Gabriel Bandung, apabila dimensi dari lubang cahaya
sudah memenuhi standar minimal luasan, maka penambahan luas dimensi lubang cahaya
tidak lagi signifikan pada peningkatan iluminasi cahaya. Dimensi lubang cahaya juga tidak
signifikan terhadap silau dalam bangunan maupun kemerataan cahaya. Sedangkan posisi,
orientasi dan material lubang cahaya pada gereja St.Gabriel Bandung berpengaruh pada
tingkat iluminasi cahaya, silau dalam bangunan dan juga kemerataan cahaya.