Abstract:
Sejalan dengan perkembangan suatu kota, kampung juga terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu yang berdampak pada meningkatnya permintaan akan lahan dan terjadinya pemadatan di suatu wilayah. Wilayah permukiman tersebut umumnya berada di pinggiran kota atau yang lebih dikenal dengan sebutan kampung kota. Akibat pemadatan yang terus menerus terjadi pada sebuah kampung, perkembangan yang terjadi di dalamnya cenderung kurang terencana dengan baik atau menurut Spiro Kostof (1991) disebut sebagai permukiman tidak terencana (unplanned).
Salah satu kawasan kampung di Kota Cirebon dan mengalami pemadatan adalah Kampung Mandalangen. Kampung ini awalnya hadir untuk kawasan hunian bagi orang-orang yang memiliki hubungan dengan Keraton Kasepuhan Cirebon, baik hubungan kekerabatan ataupun hubungan tugas. Oleh karena itu, wilayah kampung ini disebut sebagai permukiman magersari. Pada perkembangannya, Kampung Mandalangen tumbuh dan berkembang semakin padat. Penghuninya kini tidak hanya berasal dari para abdi dalem maupun kerabat keraton saja, tetapi didominasi oleh masyarakat pendatang dari luar. Pemadatan yang terjadi dari waktu ke waktu mempengaruhi tataan fisik spasial kampung. Hal ini menyebabkan struktur ruang permukiman magersari berubah perlahan-lahan mengikuti pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di dalamnya dan tak ubahnya seperti perkampungan lain pada umumnya.
Studi ini mencoba mengungkap, bagaimana perubahan yang terjadi pada tataan fisik spasial kampung berdasarkan pada keempat elemen fisik spasial: jalan, blok, kavling, dan rumah tinggal serta elemen yang paling mendominasi terjadinya perubahan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-historis, berdasarkan pada transformasi yang terjadi sebagai dasar untuk memperoleh gambaran secara deskriptif mengenai proses perubahan pada Kampung Mandalangen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode kualitatif: observasi dan wawancara, studi literatur, instansional, serta studi dokumen. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa perubahan yang terjadi pada Kampung Mandalangen cenderung mengarah ke pola bentuk permukiman yang tidak terstruktur atau amorf dari yang sebelumnya relatif terstruktur, dengan pola persebaran permukiman pola memanjang (linear).