Abstract:
Suku Batak Toba memegang teguh kebudayaan sebagai identitas yang membedakannya dari suku lain di Indonesia. Kebudayaan yang paling mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba adalah hubungan kekerabatan, tertuang dalam sistem marga dan falsafah Dalihan na Tolu, yang mengatur cara bersikap dan berperilaku dalam masyarakat. Selain hubungan kekerabatan, wujud arsitektur tradisional juga menjadi identitas budaya suku Batak Toba, baik dari penataan permukiman hingga organisasi ruang dalam rumah tinggal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat relasi antara tatanan fisik spasial permukiman suku Batak Toba dengan hubungan kekerabatan masyarakatnya.
Desa Huta Ginjang di Kecamatan Sianjur Mula-mula merupakan desa adat yang masih memegang teguh tradisi. Sebagian besar warga desa berasal dari satu nenek moyang dan bermarga Sagala. Dengan metode analisis kualitatif, penelitian ini melihat penataan fisik spasial permukiman di Desa Huta Ginjang dalam kaitannya dengan hubungan kekerabatan masyarakat, menggunakan teori relasi dalam arsitektur.
Hasil penelitian menunjukkan adanya relasi antara tatanan fisik spasial permukiman dengan hubungan kekerabatan masyarakat Batak Toba, baik pada skala desa, kampung, maupun rumah tinggal. Relasi tersebut terlihat pada perletakan rumah tinggal di setiap kampung dan keberadaan halaman sebagai pusat aktivitas dan interaksi sosial. Arsitektur permukiman tradisional Batak Toba di Desa Huta Ginjang telah mengalami perkembangan akibat masuknya pengaruh budaya modern, terlihat dalam tatanan rumah tinggal yang menunjukkan periodisasi pembangunan di setiap kampung