Abstract:
Pasien yang terdapat dalam rumah sakit umumnya mempunyai perasaan tertekan, stress dan
tidak yakin akan kesehatannya. Padahal, mental seorang pasien sangat mempengaruhi
sistem kekebalan imun dan proses penyembuhan. Ruangan rawat inap, ruang rawat jalan,
dan lobby dapat berpengaruh untuk mendukung proses pemulihan dari kondisi pasien
tersebut. Pada Rumah Sakit Khusus Bedah Halmahera Siaga terdapat beberapa kelas ruang
rawat inap. Tiap kelas mempunyai ruang yang mempunyai tingkat okupansi yang selalu
paling tinggi, dan selalu paling rendah. Hal tersebut merupakan suatu fenomena yang
dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi aspek feng shui pada lobby dan ruang
rawat jalan, serta aspek feng shui pada ruang rawat inap RSKB Halmahera Siaga dan
hubungannya terhadap tingkat okupansi pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui
aspek feng shui pada lobby dan ruang rawat jalan, serta aspek feng shui pada ruang
rawat inap RSKB Halmahera Siaga dan hubungannya dengan tingkat okupansi pasien.
Penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan
dengan deskripsi analitis dengan data dan pembahasan yang sifatnya kualitatif.
Penelitian sifatnya mendeskripsikan dan menggunakan analisa fakta dan studi kasus
yang terjadi di lapangan. Pendekatan teori Feng Shui digunakan sebagai alat evaluasi
pada bangunan RSKB Halmahera Siaga. Sehingga hasil akhir yang didapat adalah
penjelasan pengaruh desain ruang rawat inap, ruang rawat jalan, dan lobby RSKB Halmahera Siaga dari segi fengshui.
Berdasarkan penelitian dengan mengkaji feng shui pada ruang rawat inap, rawat jalan,
dan lobby Rumah Sakit Halmahera Siaga dan membandingkannya dengan data okupansi
pasien, pada ruang rawat inap kelas 2 dan kelas 1, ruangan yang mempunyai feng shui
yang baik cenderung mempunyai tingkat okupansi yang tinggi, sedangkan ruangan yang
mempunyai feng shui yang buruk mempunyai tingkat okupansi yang rendah. Namun, pada
ruang rawat inap kelas 3 dan kelas utama, ruangan yang mempunyai feng shui yang buruk
cenderung mempunyai tingkat okupansi yang tinggi, sedangkan ruangan yang mempunyai
feng shui yang baik mempunyai tingkat okupansi yang rendah. Tetapi ada faktor lain
dimana pada ruang kelas 3 dan kelas utama, ruangan dengan feng shui yang buruk
mempunyai luasan yang jauh lebih besar daripada ruangan yang memiliki feng shui yang lebih baik.
Dapat disimpulkan bahwa kamar yang lebih diminati pasien adalah kamar yang mempunyai
feng shui yang baik dengan energi yang lebih positif. Namun ada faktor lain yaitu
ukuran luasan pada ruangan, karena umumnya ruangan dipilih pada saat pasien pertama
kali masuk dan mayoritas pasien akan memilih ruangan yang lebih luas. Pada ruangan
yang mempunyai ukuran luasan yang sama, ruangan yang mempunyai energi positif lebih
diminati daripada ruangan yang mempunyai energi negatif. Ruangan yang mempunyai
energi positif memberikan kenyamanan bagi pasien, yang berpengaruh pada kondisi
psikologis pasien. Dengan kondisi psikologis yang positif, tenang, dan nyaman maka
proses penyembuhan akan berlangsung secara lebih baik. Pada ruang rawat jalan, feng
shui sudah baik namun perlu adanya beberapa elemen dengan energi yang buruk yang
dihilangkan. Lobby lantai 2, 3, dan 4 kurang baik bagi kesehatan pasien.
Pada masing – masing lobby, terdapat energi negatif yang dapat mempengaruhi kondisi
psikologis pasien. Kondisi psikologis yang buruk akan mempengaruhi kondisi kesehatan
pasien sehingga proses penyembuhan pasien kurang optimal.