Abstract:
Mengingat kondisi geografis Indonesia yang berada di area utama cincin gunung api pasifik,
maka bencana alam adalah hal yang kemungkinan besar akan terjadi di kemudian hari. Sedangkan
proyek rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana yang dilakukan oleh pemerintah akan terus
berjalan untuk memberi bantuan pada korban bencana alam, khususnya dengan adanya korban
bencana Lombok dan Palu yang sedang membutuhkan saat ini. Hasil dari program tersebut telah
berjalan di beberapa tempat di Indonesia, salahsatunya adalah Huntap Pagerjurang di Kabupaten
Sleman, Yogyakarta yang dapat dipelajari dengan mengevaluasi hunian tetap tersebut.
Dari objek studi tersebut, masyarakat memiliki interpretasi makna terhadap rancangan
lingkungan huntap, khususnya pada perancangan pola tata massa dan ruang luar. Isu tersebut
membahas pola tata massa dan ruang luar permukiman Huntap Pagerjurang yang ditinjau dari
prinsip penataan dan tradisi jawa. Setelah itu, analisis interpretasi makna dilakukan terhadap hasil
wawancara menggunakan teori klasifikasi makna arsitektural, untuk mencari dominasi makna pada
pola tata massa dan ruang luar di Huntap Pagerjurang.
Desain pola tata massa dan ruang luar pada studi kasus huntap pagerjurang saat ini, ditinjau
dari teori elemen pembentuk citra kota (path, nodes, edges, district, landmark) dan prinsip penataan
(axis-datum, repetition-rhythm, symmetry-asymmetry, center-periphery, linear, grid, dan cluster)
merupakan sebuah desain yang menekankan perancangan pada aspek efektifitas dan efisiensi hunian
tetap. Lalu prinsip penataan ini ditinjau kembali menggunakan teori dasar permukiman di jawa yang
mencakup halun-halun, marga&ratan, masjid dan pusat kekuasaan, peken/pasar, dan
pawisman/pomahan. Relasi antara desain huntap pagerjurang saat ini dengan tradisi jawa hanya
sedikit, banyak desain pada aspek fisik yang terbangun saat ini yang mempertimbangkan aspek
tradisi pada perancangan Huntap Pagerjurang.
Setelah menganalisa hasil wawancara penghuni dan pengunjung dengan pendekatan anatomi
bangunan dan makna yaitu perceptual meaning, cultural meaning, ideological meaning dan
existential meaning, ditemukan bahwa existential meaning adalah makna yang paling dominan pada
Huntap Pagerjurang. Hal ini dikarenakan oleh kesatuan antara massa bangunan dengan ruang-ruang
luar pada tapak Huntap Pagerjurang, keduanya memunculkan karakter bermukim urban modern
yang muncul secara konstan dan terus menerus sehingga masyarakat harus mengubah tradisi mereka
menjadi tradisi modern untuk menjalani kehidupan di permukiman hunian pasca bencana yang baru
ini.
Manfaat dari penelitian ini bagi masyarakat dapat menambah pengetahuan mengenai pola
tata massa dan ruang luar serta interpretasi makna arsitektural terhadap hunian pasca bencana. Selain
itu, diharapkan hasil dari penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk dijadikan pertimbangan
pemikiran terhadap perancangan hunian korban pasca bencana Lombok dan Palu yang sedang
membutuhkan.