Abstract:
Fenomena Kebangkitan Arab di negara-negara Timur Tengah merupakan salah satu contoh gerakan revolusi berbasis internet atau yang dapat disebut juga sebagai aktivisme digital. Fenomone ini memotivasi perempuan Arab Saudi untuk membuat kampanye berbasis internet juga yang dinamakan dengan kampanye Women to Drive. Kampanye ini merupakan suatu bentuk aksi protes terhadap larangan mengemudi bagi perempuan di sana, karena Arab Saudi merupakan satu-satunya negara di dunia yang melarang warga perempuannya untuk mengemudikan kendaraan. Adanya larangan ini menghambat kebebasan perempuan Arab Saudi untuk bermobilisasi dan semakin memperlihatkan adanya ketidaksetaraan gender di Arab Saudi. Dilihat dengan teori feminisme liberal, kesetaraan gender dapat tercapai ketika perempuan telah dapat memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Lewat gerakan berbasis internet ini perempuan Arab Saudi ingin agar larangan tersebut dicabut, dengan begitu mereka dapat mencapai kesetaraan gender di negaranya. Berdasarkan hal tersebut, penulis merumuskan pertanyaan penelitian “Bagaimana gerakan Women to Drive sebagai bentuk aktivisme digital mempromosikan kesetaraan gender di Arab Saudi?” Untuk menjawabnya, penulis menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif-analitis dan teknik pengumpulan data sekunder. Penelitian ini menunjukkan bahwa, sebagai bentuk aktivisme yang berbasis internet, gerakan Women to Drive sangat bergantung pada media sosial untuk mengorganisasi dan mempromosikan aksi-aksi yang mereka lakukan demi mencapai kesetaraan gender di Arab Saudi. Selain itu, gerakan ini juga mengangkat nilai-nilai kesetaraan gender dalam feminisme liberal di dalam tuntutan-tuntutan yang diberikannya, seperti dengan meminta untuk menghapuskan peraturan-peraturan diskriminatif dan menuntut kebebasan untuk mengemukakan pendapat. Setelah kurang lebih enam tahun lamanya berkampanye, larangan mengemudi bagi perempuan Arab Saudi pun akhirnya dicabut.