Abstract:
Pada industri manufaktur, setiap perusahaan berusaha mengembangkan
bisnisnya dengan menghasilkan produk – produk berkualitas tinggi untuk memenuhi
kebutuhan konsumen terhadap suatu produk. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas,
pengendalian kualitas selama proses produksi berlangsung sangat berperan penting dalam
menjaga kualitas produk agar dapat mengurangi kecacatan yang terjadi atas produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Dengan dilakukannya pemeriksaan operasional, maka penyebab
dari suatu permasalahan kecacatan yang dihadapi oleh perusahaan dapat diketahui.
Pemeriksaan operasional penting untuk dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas produk
sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan sebagai keunggulan kompetitif untuk
bersaing dengan perusahaan lain.
Pemeriksaan operasional adalah proses mengevaluasi tingkat ekonomis,
efektivitas, dan efisiensi atas kebijakan dan prosedur kegiatan operasi sebuah perusahaan yang
dilakukan dari sudut pandang manajemen. Hasil dari pemeriksaan operasional adalah
memberikan rekomendasi yang dapat membantu manajemen untuk meningkatkan kegiatan
operasi perusahaan. Tahapan dalam pemeriksaan operasional adalah tahap perencanaan, tahap
program kerja, tahap kerja lapangan, tahap pengembangan temuan, dan melaporkan hasil
pemeriksaan. Proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau
menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber – sumber baik
tenaga kerja, mesin, bahan – bahan dan dana yang ada. Produk cacat adalah produk yang belum
selesai maupun sudah selesai namun tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh
pelanggan. Terdapat produk cacat yang dapat diperbaiki dan produk cacat yang tidak dapat
diperbaiki.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah descriptive study. Descriptive
study adalah penelitian lanjutan yang dilakukan untuk menjelaskan bagaimana karakteristik
dari suatu objek yang diteliti dalam sebuah penelitian. Teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti adalah studi lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan di lingkungan
perusahaan untuk mencari tahu hubungan sebab akibat dari permasalahan yang diteliti. Data
yang dibutuhkan oleh peneliti diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi
perusahaan. Peneliti menggunakan fishbone diagrams untuk mengetahui faktor – faktor
penyebab dari kecacatan produk.
PT. X memproduksi produk berbahan dasar stainless steel. Pada proses
produksi perusahaan, terdapat permasalahan kecacatan produk dan pencatatan jumlah
kecacatan yang tidak dilakukan pencatatan secara lengkap. Kecacatan tersebut terjadi karena
adanya faktor manusia yang berkontribusi sebesar 35%, faktor metode berkontribusi sebesar
20%, faktor mesin berkontribusi sebesar 30%, faktor material berkontribusi sebesar 10%, dan
faktor lingkungan berkontribusi sebesar 5%. Peneliti melakukan pengambilan 15 sampel
produk berbahan dasar stainless steel selama bulan Maret 2018 hingga bulan Agustus 2018.
Dampak yang ditimbulkan dari permasalahan kecacatan produk adalah adanya penurunan laba
akibat memperbaiki kecacatan produk dan kerugian akibat produk cacat yang tidak dapat
diperbaiki. Total penurunan laba akibat memperbaiki produk cacat sebanyak 95 unit adalah
sebesar Rp 2.828.875,50 dan total kerugian akibat kecacatan yang tidak dapat diperbaiki
sebanyak 261 unit adalah sebesar Rp 8.707.701,35. Dapat disimpulkan bahwa total penurunan
laba akibat memperbaiki produk cacat dan kerugian akibat adanya kecacatan produk yang
tidak dapat diperbaiki selama bulan Maret 2018 hingga bulan Agustus 2018 adalah sebesar Rp
11.536.575,85 dari total produk cacat sebanyak 356 unit. Oleh karena itu, untuk mengurangi
tingkat kecacatan produk perusahaan perlu melakukan beberapa hal, diantaranya memperbaiki
kebijakan dan prosedur proses produksi, melakukan pelatihan karyawan produksi dan
melakukan pencatatan jumlah kecacatan produk secara lengkap.