Abstract:
Salah satu isu lingkungan penting pada penambangan batu bara adalah
pembentukan air asam tambang. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pengolahan air asam tambang. Saat ini, PT X mengaplikasikan pengolahan air asam
tambang secara aktif dengan metode pemberian kapur, namun sistem pengolahan
secara aktif dianggap memiliki dampak lingkungan yang tinggi akibat penggunaan bahan
kimia dan energi yang besar. Oleh karena itu, sistem pengolahan secara pasif menjadi
alternatif yang menarik karena dampak lingkungan yang dihasilkan lebih kecil.
Successive alkalinity producing system (SAPS) merupakan metode pengolahan secara
pasif yang diusulkan kepada PT X. Namun, belum dapat dibuktikan apakah dampak
lingkungan yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan sistem pengolahan saat ini. Life
cycle assessment (LCA) merupakan alat analisis dampak lingkungan yang dapat
mengevaluasi dampak lingkungan untuk kedua sistem pengolahan air asam tambang
tersebut. Dalam penelitian ini, dilakukan simulasi sistem pengolahan saat ini dan uji
kolom usulan perbaikan sistem pengolahan untuk melihat apakah performansi telah
sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. Perancangan usulan perbaikan sistem
pengolahan air asam tambang dilakukan berdasarkan faktor desain yang dikembangkan
dari hasil uji kolom usulan pengolahan. Setelah itu, tahapan LCA dilakukan yang terdiri
dari pendefinisian tujuan dan batasan sistem, life cycle inventory (LCI), life cycle impact
assessment (LCIA) dan interpretasi hasil. Penilaian dampak lingkungan dilakukan
dengan menggunakan dua metode, yaitu ReCiPe 2016 dan Eco-indicator 99. Hasil
penilaian dampak lingkungan menunjukkan bahwa usulan perbaikan sistem pengolahan
air asam tambang memiliki dampak lingkungan yang lebih kecil, yaitu nilai single score
sebesar 0,0541 Pt, dibandingkan dengan sistem pengolahan air asam tambang saat ini
yang memiliki nilai single score sebesar 0,4249 Pt.