Abstract:
Perekonomian Indonesia yang berkembang pesat memengaruhi perkembangan industri dan
perusahaan yang ada di dalamnya. Hal ini mendorong perusahaan untuk memiliki
keunggulan kompetitif agar dapat bersaing. Keunggulan kompetitif dapat dicapai dengan
pengelolaan aktivitas operasi yang memadai supaya dapat berjalan dengan efektif. Untuk
mencapai efektivitas tersebut, perusahaan perlu menerapkan aktivitas pengendalian terhadap
aktivitas operasi yang dilakukan. Dengan begitu, risiko kesalahan dan kecurangan dapat
terhindar.
Persediaan bahan baku merupakan salah satu komponen yang penting dalam
suatu restoran. Persediaan bahan baku diadakan untuk memastikan bahan baku tersedia
supaya penjualan tidak terhambat. Persediaan bahan baku harus dikendalikan oleh restoran,
supaya risiko terjadinya kesalahan dan kecurangan dapat terhindar. Suatu restoran harus
memiliki pengendalian internal yang memadai untuk memastikan persediaan bahan baku
efektif. Pengendalian internal perlu dirancang dengan tepat supaya persediaan bahan baku
yang dimiliki suatu restoran dapat menjadi efektif. Salah satu komponen dari pengendalian
internal adalah aktivitas pengendalian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang objek yang diteliti secara sistematis
dan akurat berdasarkan data yang tersedia. Metode ini memusatkan perhatian pada
permasalahan dan keadaan yang ada pada saat penelitian dilakukan.
Setelah melakukan penelitian pada Restoran White Rosti, penulis
menyimpulkan bahwa aktivitas pengendalian yang telah diterapkan memengaruhi tingkat
efektivitas persediaan bahan baku. Restoran White Rosti memiliki empat prosedur
pengelolaan bahan baku, yaitu prosedur pemesanan bahan baku, prosedur penerimaan bahan
baku, prosedur penyimpanan bahan baku, dan prosedur pemakaian bahan baku. Kekurangan
dari prosedur-prosedur ini adalah tidak adanya flowchart yang memadai. Aktivitas
pengendalian yang diterapkan dalam Restoran White Rosti sudah memadai, namun masih
terdapat beberapa kelemahan, seperti tidak adanya otorisasi atas kegiatan butcher test, tidak
ada dokumen pemakaian bahan baku, serta tidak adanya CCTV. Restoran White Rosti juga
belum memiliki deskripsi pekerjaan secara tertulis.
Penulis menyarankan agar Restoran White Rosti menyediakan flowchart
yang memadai atas prosedur-prosedurnya, mewajibkan otorisasi atas aktivitas butcher test,
merancang dokumen pemakaian bahan baku, memasang CCTV, dan menyediakan deskripsi
pekerjaan secara tertulis. Penulis juga menyarankan untuk memperbaiki struktur organisasi
dengan mengganti istilah Operational Manager menjadi Operations Manager serta mengubah
posisi kedua Cook dan Butcher Cook menjadi sejajar.