Abstract:
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian tahun 2018, terdapat 650
perusahaan konveksi yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Banyaknya pemain di
industri konveksi ini menyebabkan setiap konveksi menghadapi persaingan yang tinggi.
Untuk itu setiap perusahaan konveksi perlu meningkatkan keunggulan kompetitifnya
agar dapat menguasai pasar. Dalam menghadapi persaingan, perusahaan perlu
memperhatikan keadaan ekstern dan internnya. Oleh karena itu, pemeriksaan
operasional diperlukan untuk menilai kinerja perusahaan.
Pada aktivitas produksi perusahaan, terdapat berbagai komponen yang
harus berkaitan secara sinergi sehingga aktivitas produksi dapat berjalan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh manajamen. Komponen tersebut terdiri dari mesin, bahan
baku, metode, dan tenaga kerja. Agar empat komponen tersebut dapat bekerja secara
optimal, diperlukan perencanaan dan pengendalian produksi yang baik untuk dapat
menghasilkan output secara tepat waktu, serta memiliki kualitas yang baik dengan
penggunaan biaya yang minimum. Untuk menilai apakah aktivitas produksi sudah
berjalan secara efektif dan efisien adalah dengan melakukan pemeriksaan operasional.
Pemeriksaan operasional adalah kegiatan evaluasi pada aktivitas operasi perusahaan
untuk mengidentifikasi area mana yang memerlukan perbaikan sehingga aktivitas
operasi di dalam suatu perusahaan berjalan dengan efektif, efisien, dan ekonomis.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
studi deskriptif. Sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Analisis
yang dilakukan adalah analisis faktor-faktor penyebab aktivitas produksi yang tidak
efektif dan efisien dengan menggunakan fishbone diagrams mengenai kecacatan produk
maupun keterlambatan pada aktivitas produksi. Objek penelitian pada penelitian ini
adalah pemeriksaan operasional terhadap aktivitas produksi dalam rangka meningkatkan
efektivitas dan efisiensi aktivitas produksi dari perusahaan PM Merchandising.
Berdasarkan hasil pemeriksaan operasional yang telah dilakukan, dapat
diketahui bahwa terdapat permasalahan pada perusahaan, yaitu kecacatan produk dan
keterlambatan pada aktivitas produksi. Faktor penyebab produk cacat 100% bersifat
controllable. Sedangkan, faktor penyebab keterlambatan pada aktivitas produksi 60%
bersifat controllable dan 40% bersifat uncontrollable. Dampak dari kecacatan produk
yang tidak dapat di-rework adalah kerugian sebesar biaya produksi yang telah
dikeluarkan untuk menghasilkan produk cacat yang tidak dapat di-rework selama bulan
Januari-April 2018, yaitu sebesar Rp 76.009.480,00. Sedangkan, dampak dari
keterlambatan pada aktivitas produksi adalah keluhan dari pihak distributor dan dalam
jangka panjang dapat terjadi pemutusan hubungan bisnis dengan pihak distributor karena
pihak distributor mencari konveksi lain yang dapat memenuhi kebutuhannya.
Rekomendasi untuk permasalahan tersebut diantaranya menambah pekerja bagian
sampel dan hubungan ekstern, memperhatikan fasilitas pabrik, membuat perjanjian
tertulis dengan vendor ekstern, dan mengkomunikasikan target produksi.