Abstract:
Taman Air Gua Sunyaragi didirikan bertujuan sebagai tempat beristirahat bagi sultan Cirebon serta keluarga dan sebagai tempat bermeditasi. Arsitektur bangunan di kompleks Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penggunaan Wadasan pada Kompleks Taman Air Gua Sunyaragi serta ketersediaannya di Cirebon saat ini. Dengan adanya penelitian ini diharapkan Keberadaan Wadasan pada Kompleks Taman Air Gua Sunyaragi tetap bertahan.
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori Fungsi dari Schulz, teori semiotika dari Charles Jencks dan Suasana dari Peter Zumthor. Metode yang digunakan adala kualitatif, komparatif dan deskriptif dengan pendekatan arsitektural (fungsi) dan material. Pengumpulan data dilakukan dengan tekni wawancara dan observasi langsung pada objek studi.
Taman Air Gua Sunyaragi merupakan percampuran arsitektur Jawa, Timur Tengah dan Cina. Taman Air Gua Sunyaragi terdiri dari elemen batu, bata, air dan tanaman menyerupai taman di Cina. Suasana sakral dalam kompleks tercipta dengan penggunaan Wadasan. Wadasan memiliki fungsi arsitektural sebagai selubung bangunan, pembatas sirkulasi dan sclupture. Wadasan berfungsi sebagai pengontrol suhu pada kompleks dipadukan dengan air mampu mengurangi suhu sekitar. Batu yang digunakan sebagai Wadasan memiliki jenis yang beragam namun memiliki karakter yang sama. Terdapat material Wadasan yang sulit didapat di Cirebon, namun dapat digantikan dengan berpacu pada karakter Wadasan. Fungsi Taman Air tidak dapat berjalan dengan seharusnya karena hilangnya elemen air pada Taman Air Gua Sunyaragi. Perawatan Wadasan pada Taman Air Gua Sunyaragi dilakukan dengan menempelkan batuan yang terlepas dan memberikan air dengan tekanan tinggi untuk menghilangkan lumut.