Abstract:
Lawang Sewu merupakan bangunan cagar budaya bersejarah yang menjadi salah satu obyek wisata terkemuka di Kota Semarang. Bangunan yang dibangun pada tahun 1904 dan terselesaikan tahun 1918 ini pernah mengalami beberapa perubahan fungsi serta kepemilikan. Semula Lawang Sewu merupakan kantor administrasi Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). NIS merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang kereta api. Lawang Sewu juga menjadi saksi dari pertempuran 5 hari di Semarang yang terjadi pada 14 hingga 19 Agustus 1949. Hal itu ditandai dengan lokasi Monumen Tugu Muda yang berada di sisi barat Lawang Sewu. Selain dari sisi sejarah, hubungan spasial antara Lawang Sewu dengan Monumen Tugu Muda dalam kawasannya, menjadikan bangunan bekas kantor NIS tersebut signifikan. Secara arsitektural, signifikansi tersebut dapat dijelaskan dalam konteks monumentalitas bangunannya.
Monumentalitas Lawang Sewu dijelaskan secara bertahap dari beberapa aspek. Pertama, suatu obyek arsitektur dapat bersifat monumental dilihat dari kaitan antara arsitektur dan monumen. Kedua, dinamika sejarah dan budaya yang melekat pada bangunan tersebut. Ketiga, hubungan bangunan dengan lingkungan sekitar dan karakter arsitekturalnya. Mengacu pada konsep monumentalitas arsitektur yang dikemukaan oleh Yoshinobu Ashihara dan Louis Kahn, monumentalitas dideskripsikan berdasarkan citra ketunggalan bangunan yang muncul dari hubungannya dengan lingkungan sekitar dan kualitas suasana ruang yang terbentuk dari elemen bangunan.
Sebagai obyek arsitektur, Lawang Sewu memiliki nilai yang dibutuhkan dalam definisi monumen dan sifat monumental. Nilai tersebut meliputi aspek sejarah, teknologi, arsitektur, dan budaya. Tidak hanya memiliki nilai-nilai monumental, Lawang Sewu juga mengalami dinamika perubahan makna monumen seperti yang telah dijelaskan dalam Nine Points on Monumentality. Selain itu, Lawang Sewu merupakan bangunan yang melekat dalam memori kolektif masyarakat. Hal tersebut dibuktikan dari nama Lawang Sewu yang sebenarnya merupakan julukan. Dalam konteks arsitektur, Lawang Sewu mampu menunjukkan nilai monumentalitas dari kesan ketunggalannya pada Kawasan Monumen Tugu Muda. Kemudian, baik elemen-elemen arsitektur maupun struktur yang terlihat pada suasana ruang di Lawang Sewu mampu menyampaikan citra dari suatu masa tertentu. Elemen bangunan dengan nilai ekonomi dan kemutakhiran teknologi yang tinggi juga membentuk nilai monumentalitas Lawang Sewu.