Abstract:
Persaingan yang semakin ketat di Indonesia yang sedang terjadi pada saat ini
karena adanya globalisasi, yang mendorong perusahaan-perusahaan harus menciptakan
keunggulan masing-masing agar dapat bertahan dan mampu bersaing di pasar industri. PT.
Bisma merupakan perusahaan yang memproduksi baut berdasarkan permintaan pelanggan.
PT. Bisma harus selalu memperhatikan produknya agar dapat unggul dibandingkan dengan
perusahaan lain yang menghasilkan produk sejenis.
Analisis biaya kualitas merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
perusahaan agar dapat selalu menjaga kualitas produk perusahaan dan dapat mengurangi
tingkat kegagalan produk. Jenis biaya kualitas dibagi menjadi tiga jenis, yaitu prevention costs,
appraisal costs, dan failure costs.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu
metode penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang
berhubungan dengan masalah dalam penelitian ini, sehingga dapat menggambarkan objek
yang diteliti secara jelas, kemudian dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan penelitian
dan pembahasan yang telah dilakukan, kemudian penulis memberikan saran yang perlu
dilakukan dan berguna bagi perusahaan. Penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2017
sampai dengan November 2017. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari bulan
Januari 2017 hingga Juni 2017. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam
penelitian ini adalah dengan mengumpulkan referensi-referensi berupa buku, jurnal, literatur
yang membahas tentang kualitas, biaya kualitas, dan kegagalan produk. Setelah itu, penulis
melakukan observasi di lapangan, wawancara dengan pihak perusahaan, dan mencatat hasil
peninjauan langsung tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan masih menghasilkan produk
gagal di atas batas toleransi sebesar 6,65% dari total produksi, sedangkan batas yang telah
ditentukan adalah 3-4% dari total produksi. Saat ini, perusahaan masih belum menerapkan
analisis biaya kualitas, namun perusahaan telah memiliki unsur biaya kualitas, yaitu biaya
pelatihan karyawan, biaya inspeksi, biaya perbaikan mesin, biaya scarp dan rework, biaya
spoilage, biaya pemotongan harga, biaya retur produk, dan biaya pengiriman akibat terjadinya
kegagalan produk di perusahaan. Kegiatan-kegiatan tersebut belum mampu menurunkan
tingkat kegagalan produk pada PT. Bisma sampai 3-4%. Faktor-faktor yang menjadi penyebab
terbesar terjadinya kegagalan produk pada PT. Bisma adalah sumber daya manusia (human
error). Pegawai yang kurang berkonsentrasi dalam bekerja, kurangnya pelatihan dan
pengetahuan menjadi faktor penyebab terjadinya kegagalan produk. Faktor kedua yang
menjadi penyebab terjadinya kegagalan produk adalah faktor mesin. Mesin-mesin yang
terdapat pada PT. Bisma tidak dipelihara secara rutin, sehingga dapat mengalami gangguan
sewaktu-waktu yang akan mengganggu proses produksi yang sedang berlangsung. Faktor lain
yang menjadi penyebab terjadinya kegagalan produk adalah bahan baku, bahan baku tidak
seluruhnya diinspeksi ketika datang ke perusahaan sehingga kualitasnya buruk dan dapat
menyebabkan produk yang dihasilkan pun kualitasnya buruk. Faktor terakhir penyebab
terjadinya kegagalan produk adalah metode produksi yang tidak digunakan oleh karyawan
sebagaimana mestinya, karyawan hanya menggunakan pengetahuan berdasarkan
pengalamannya untuk menjalankan proses produksi. Maka dari itu, perusahaan perlu
menambah pelatihan karyawan, memberikan bonus kepada karyawan ketika tingkat kegagalan
produk menurun, melakukan pemeliharaan mesin secara berkala, dan melakukan pengawasan
yang lebih terhadap karyawan-karyawannya (supervisi). Dengan dilakukannya tindakan
perbaikan yang tepat berdasarkan analisis biaya kualitas maka diharapkan PT. Bisma dapat
menurunkan biaya kualitas sebesar Rp 47.238.660,00, tingkat produk cacat menurun sebesar
70%, serta pada akhirnya dapat meningkatkan laba perusahaan.