Abstract:
Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia dengan pendapatan utamanya bergantung pada perekonomian agrikultur. Kemajuan bidang agrikultur di Indonesia perlu diperhatikan, seperti penanganan berbagai hama dalam bidang pertanian. Tantangan terbesar pada sektor pertanian Indonesia adalah penanganan hama tikus yang kerap kali menjadi permasalahan utama khususnya dalam ladang sawah. Penggunaan rodentisida komersil yang berbahan dasar antikoagulan menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, seperti keracunan sekunder pada satwa liar dan kontaminasi lingkungan yang dapat terjadi apabila rodentisida tidak dibuang mengikuti standar yang ada. Oleh sebab itu, pengembangan pengusir tikus sebagai alternatif kepada rodentisida berbahan dasar antikogulan perlu diterapkan, salah satu alternatifnya adalah pengembangan pengusir tikus dari buah Bintaro. Buah bintaro mempunyai kandungan senyawa kardiak glikosida yang tidak disukai beberapa jenis hama, terutamanya hama tikus. Pengembangan buah bintaro menjadi sebuah pengusir tikus yang ramah lingkungan dapat menjadi solusi dari permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh rodensitida berbahan dasar antikoagulan.
Pada penelitian ini, pengembangan produk dilakukan secara disruptive, di mana pengusir tikus berbahan dasar buah bintaro akan menggantikan rodentisida berbahan dasar antikoagulan. Penelitian ini diawali dengan tahap pre-treatment dan dilanjutkan dengan tahap analisis senyawa kardiak glikosida pada buah Bintaro dengan menggunakan metode thin-layer chromatography (TLC). Metode TLC ini merupakan analisis kualitatif yang digunakan untuk mendeteksi senyawa kardiak glikosida golongan kardenolida. Tahap selanjutnya merupakan pengolahan buah bintaro menjadi pengusir tikus berbentuk pellet dan pengujian pengusir tikus terhadap beberapa hewan tikus. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan pellet dengan konsentrasi 0 g, 5 g, 10 g, 15 g, dan 20 g, yang diujikan menggunakan 6 ekor hewan uji tikus. Uji coba ini dilakukan selama 4 hari pada tiap konsentrasi pellet. Selain itu, dilakukan juga analisa kelayakan terhadap produk, target industri dan pasar, dan keuangan. Analisa kelayakan dilakukan untuk membahas apakah produk sesuai dengan kebutuhan pasar dan layak untuk dikembangkan lebih lanjut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah bintaro mengandung senyawa kardiak glikosida melalui metode TLC, dengan nilai Rf sebesar 0,779. Melalui uji coba terhadap hewan uji, didapatkan hasil bahwa rasio massa serbuk kering buah bintaro mempengaruhi perilaku hewan uji, dengan kandungan buah bintaro sebanyak 10 g sebagai kandungan minimum sebagai pengusir tikus. Pada analisa kelayakan keuangan, didapatkan harga Gross Profit Margin (GPM) sebesar 60,67%. Nilai GPM ini menjadi salah satu indikasi kelayakan produk untuk dikembangkan lebih lanjut.