dc.description.abstract |
Berinvestasi sangat diperlukan pada jaman sekarang yang semakin kompetitif, dengan berinvestasi maka para investor akan mendapat keuntungan yang sering disebut dengan return. Investasi dapat dilakukan pada aset rill dan aset finansial, aset rill berupa tanah, bangunan, mesin, dan aset-aset lainnya yang mempunyai fisik, sedangkan aset finansial dapat berupa obligasi, reksa dana, dan saham. Berinvestasi di aset finansial memiliki kelebihan dibandingkan pada aset rill yaitu dana yang dibutuhkan lebih kecil nilainya dan juga aset finansial lebih liquid diperjual-belikan. Aset finansial yang memiliki tingkat pengembalian yang paling tinggi adalah saham, namun saham juga memiliki risiko yang paling tinggi. Maka dari itu para investor perlu melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko yang tinggi dengan cara membentuk portofolio. Salah satu model yang dapat membentuk portofolio optimal adalah Model Indeks Tunggal, berikut penelitian terdahulu yang menggunakan model indeks tunggal untuk membentuk portofolio optimal yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wibowo, W.M. dan Rahayu, S.M. (2014) yang meneliti saham-saham pada indeks LQ 45 dan didapat hasil return sebesar 3,32% dan risiko 0,22%. Lalu ada penelitian juga yang dilakukan oleh Larasati, P. dan Yuniati, T. (2016) yang dilakukan pada perusahaan perkebunan dan didapat return sebesar 5,24% dan risiko 0, 84%.
Model Indeks Tunggal didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar. Saham-saham secara umum akan mengalami kenaikan harga jika indeks harga saham naik, demikian juga sebaliknya harga kebanyakan saham akan akan turun jika indeks harga saham turun. Teknik analisis portofolio optimal menggunakan model indeks tunggal merupakan teknik analisis sekuritas yang dilakukan dengan cara membandingkan Excess Return to Beta (ERB) terhadap cut off point (Ci) masing-masing saham.
Penelitian ini menganalis pembentukan portofolio optimal menggunakan Model Indeks Tunggal pada saham-saham yang secara konsisten selalu masuk kedalam indeks SRI-KEHATI periode Januari 2014-Desember 2016, objek penelitian ini belum pernah diteliti oleh penelitian-penelitian terdahulu, maka dari itu penulis tertarik untuk menjadikannya objek penelitian untuk dianalisis lebih lanjut mengenai pembentukan portofolio optimal. Dari 25 perusahaan dalam indeks SRI-KEHATI, didapat 15 perusahaan yang secara konsisten selalu masuk kedalam indeks SRI-KEHATI periode Januari 2014-Desember 2016.
Hasil dari penelitian ini adalah dari 15 saham perusahaan yang menjadi objek penelitian, didapat 10 saham perusahaan yang membentuk portofolio optimal, berikut perusahaan dengan proporsi dana yang diinvestasikan ; Telekomunikasi Indonesia (22,92%), Adhi Karya (19,59%), Bank BCA (13,24%), Bank Rakyat Indonesia (9,62%), London Sumatra Indonesia (9,13%), Indofood Sukses Makmur (7,39%), Astra International (6,58%), Bank Negara Indonesia (6,09%), Bank Mandiri (5,02%), dan Kalbe Farma (0,42%). Portofolio yang terbentuk memberikan nilai return portofolio E(Rp) sebesar 1,513% dan risiko portofolio (αp2) sebesar 0,019%, dan nilai koefisien variasi yang paling kecil yaitu 0,01256 yang berarti portofolio optimal tersebut memberikan kinerja yang lebih baik (dalam hal return dan risiko) jika dibandingkan kinerja 10 saham individual. |
en_US |