Abstract:
Bandung merupakan daerah yang sangat terkenal sebagai penghasil tekstil dan produk garmen di Indonesia. Namun, sejak krisis ekonomi yang terjadi pada 1998, performa industri garmen mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Salah satu cara untuk meningkatkan performa dari perusahaan garmen adalah melalui berbagai keputusan manajemen operasi. Post Mode memiliki kesulitan untuk membuat berbagai keputusan manajemen operasi seperti perencanaan agregat, penjadwalan, dan staffing karena perusahaan masih belum memiliki standar waktu kerja yang pasti.
Untuk menentukan standar waktu kerja, maka peneliti melakukan work measurement untuk setiap kegiatan produksi yang ada di perusahaan Post Mode. Metode work measurement yang dipilih untuk menentukan standar waktu kerja adalah time study. Melalui metode time study, waktu dari setiap proses produksi diobservasi dan dicatat sehingga menjadi dasar dalam penghitungan standar waktu kerja. Waktu observasi yang telah dicatat lalu dikonversi menjadi waktu standar dengan memperhatikan faktor performance rating dan allowance factor.
Perhitungan standar waktu kerja dilakukan kepada lima divisi pada perusahaan Post Mode, yaitu divisi pemotongan, distribusi, penjahitan, penyelesaian, dan pengepakan. Setiap divisi memiliki bermacam-macam kegiatan, sehingga standar waktu kerja dicari untuk setiap kegiatan yang dilakukan oleh setiap divisi. Waktu standar yang dicari adalah waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi enam potong kemeja, karena semua pemesanan kepada perusahaan merupakan kelipatan enam. Pada divisi pemotongan waktu standar untuk menyelesaikan satu batch juga dicari karena kegitatan pemotongan memiliki satuan batch. Pada divisi penjahitan, karena ada dua model kemeja yang diobservasi, maka waktu standar dicari untuk pembuatan kedua kemeja tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi standar waktu kerja adalah variasi pada kemeja, perbedaan performa karyawan, serta sistem pengupahan karyawan.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, total waktu standar minimum yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua kegiatan pada proses pemotongan, distribusi, penjahitan model 1, penjahitan model 2, penyelesaian, dan pengepakan secara berurutan adalah 223,89 detik (3 menit 43,89 detik), 237,47 detik (3 menit 57,47 detik), 5359,42 detik (1 jam 29 menit 19,42 detik), 7273,79 detik (2 jam 1 menit 13,79 detik), 1657,04 detik (27 menit 37,04 detik), dan 176,65 detik (2 menit 56,65 detik). Sedangkan, total waktu standar maksimum yang dibutuhkan untuk untuk menyelesaikan semua kegiatan pada proses pemotongan, distribusi, penjahitan model 1, penjahitan model 2, penyelesaian, dan pengepakan secara berurutan adalah 638.15 detik (10 menit 38.15 detik), 237,47 detik (3 menit 57,47 detik), 7921,42 detik (2 jam 12 menit 1,42 detik), 8278,4 detik (2 jam 17 menit 58,4 detik), 1738,68 detik (28 menit 56,68 detik), dan 205,05 detik (3 menit 25,05 detik).
Total waktu standar yang diperlukan di divisi penyelesaian untuk menyelesaikan model 2 dibedakan lagi karena memiliki blakser setengah badan yang hanya membutuhkan tiga kancing serta tidak memiliki kantong, sehingga berada di angka 1426.92 detik (23 menit 46.92 detik). Pada divisi pemotongan total waktu standar yang diperlukan untuk menyelesaikan proses pemotongan bagi 1 batch minimum 31608,2 detik (8 jam 46 menit 48,2 detik) dan maksimum 90876,58 detik (25 jam 14 menit 36,58 detik).
Waktu standar maksimum yang dibutuhkan untuk memproduksi enam potong kemeja model 1 berkisar di antara 7654,57 detik (2 jam 7 menit 34,47 detik) sampai dengan 10740,77 detik (2 jam 59 menit 59.77 detik), sedangkan waktu standar untuk membuat enam potong kemeja model 2 berkisar di antara 9374,71 detik (2 jam 36 menit 14,71 detik) sampai dengan 10821,99 detik (3 jam 21,99 detik).