Abstract:
Setiap Negara memiliki kepentingan nasional yang berbeda-beda, dan demi
mencapainya dibuatlah kebijakan-kebijakan demi mencapai kepentingan
nasional tersebut, baik yang bersifat domestik maupun luar negeri. Federasi Rusia
adalah salah satu Negara dengan Politik Luar negeri yang dinilai ambisius.
Setelah mengalami keterpurukan pasca runtuhnya Uni Soviet, Rusia kembali
bangkit dibawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin. Sejak tahun 2000, Rusia
di bawah Putin mulai merubah ideologi ekonomi dan politiknya menjadi lebih
liberal dan demokratis, itu merupakan salah satu kunci kesuksesan kebangkitan
Rusia. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah faktor individu dan
Idiosinkratik seorang pemimpin Negara yang mempengaruhi kepribadian politik
dan gaya kepemimpinan dari seorang Vladimir Putin. Kepribadian Putin yang
dinilai tegas dan karismatik membuat Rusia kembali menjadi Negara yang
disegani di kancah Politik Internasional. Pada tahun 2014, Rusia berkonflik
dengan Ukraina tentang tuduhan Aneksasi yang dilakukan oleh Rusia pada salah
satu wilayah Ukraina yaitu semenanjung Crimea. Berdasarkan latar belakang
diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada faktor kepribadian
seorang Vladimir Putin yang mempengaruhi Kebijakan Luar Negeri Rusia,
terutama dalam kasus Aneksasi Crimea di tahun 2014.
Jenis penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian
kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan studi dokumen dikarenakan adanya
keterbatasan akses antara penulis dengan subjek penelitian, yaitu Vladimir Putin.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh kepribadian Vladimir Putin
terlihat cukup jelas dari Politik Luar Negeri Rusia dalam melakukan Aneksasi ke
Crimea. Rusia dibawah Putin yang dinilai agresif bahkan sampai melakukan
invasi militer dengan mengirimkan puluhan ribu pasukan dan menyiagakan
armada laur di sekitar wilayah Crimea dengan alasan pembelaan HAM terhadap
rakyat Crimea. Meskipun mendapat tekanan dari pihak PBB untuk menghentikan
invasi militer tersebut, namun Putin tetap keras kepala dan tidak mau
menghentikan dukungannya untuk membantu Crimea agar bisa melepaskan diri
dari Ukraina. Putin yang memiliki karakteristik kepemimpinan World Leader
berupaya untuk mengambil alih wilayah Crimea dan menggabungkannya ke
dalam wilayah Rusia