Abstract:
Isu-isu terkait politik identitas dalam era modern ini merupakan salah satu dampak dari globalisasi. Pemberitaan terorisme yang terkait dengan Islam dalam media arus utama telah memberikan citra negatif terhadap Agama Islam. Sebagai minoritas, komunitas Muslim di Britania Raya sering mendapatkan perlakuan diskriminatif, terutama bagi wanita Muslim yang mengenakan hijab sebagai simbol agama Islam. Dengan teknologi internet, kelompok wanita muda Muslim memanfaatkannya sebagai media untuk bersuara maupun berekspresi melalui gaya berpakaiannya.
Popularitas modest atau hijab fashion yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir telah menarik perhatian industri mainstream fashion. Sehingga, sektor modest fashion telah menjadi lahan pasar baru bagi pebisnis fashion secara umum, termasuk di Britania Raya. Untuk memahami fenomena tersebut, maka penelitian ini memiliki pertanyaan penelitian yaitu: “Bagaimana dampak globalisasi terhadap produk hijab sebagai subkultur Islam yang kontroversial dalam era modern dapat melakukan penetrasi pasar ke dalam industri fashion di Britania Raya?”
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini dikaji melalui teori-teori yang ada dalam studi Hubungan Internasional diantaranya adalah: Teori Akulturasi Budaya untuk mengenal proses pembauran antara dua kebudayaan yang berbeda; Teori Politik Identitas untuk memahami gerakan yang dilakukan oleh kelompok minoritas untuk memecahkan stereotip negatif; Teori Neoliberalisme untuk menganalisis sektor baru yang dapat menguntungkan dalam bisnis sehingga dapat melakukan penetrasi pasar; Teori Perilaku Konsumen untuk mempelajari faktor-faktor yang mendasari manusia untuk mengkonsumsi sandang.
Jenis dari penelitian ini adalah studi kasus yang menggunakan metode kualitatif karena, tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan analisis mengenai fenomena globalisasi yang memicu gerakan politik identitas yang kemudian berdampak pada bisnis modest fashion yang berkembang di Britania Raya.
Berdasarkan hasil analisis, kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi low politics, studi mengenai perkembangan Teknologi & Informasi, Identitas, Budaya khususnya dalam bidang Fashion menunjukkan bahwa melalui ketiga unsur tersebut dapat menciptakan suatu gerakan politik identitas, dan membentuk sektor baru dalam bisnis fashion.