Abstract:
Sebelum revolusi industri, tekstil sudah ditemukan di berbagai daerah salah satunya Mesir dan Peru. Dengan berjalannya waktu terjadilah revolusi industri di Eropa dan perkembangannya hingga ke Indonesia. Saat ini semua industri tekstil di Indonesia memproduksi produk-produknya menggunakan mesin-mesin canggih. Walaupun diproduksinya dengan menggunakan mesin-mesin canggih, namun masih ada produk yang cacat.
PT. Harli Dunia Indah atau HDI adalah perusahaan yang bergerak di bidang tekstil dengan konsep fashion. PT. Harli Dunia Indah telah berdiri sejak tahun 1979 dan sekarang memiliki dua gedung untuk proses produksi kain. Produk yang dihasilkan ada empat kategori yaitu kain jok, kain spring bed, sajadah, dan karpet. Dari antara empat kategori kain, kain jok dan kain spring bed adalah kain yang paling banyak menghasilkan kecacatan dan lebih sulit terjual. Sehubungan dengan kecacatan produk kain, kategori kain dikelompokkan menjadi dua, yaitu kain grade A dan kain grade B. Kain grade A adalah kain tanpa cacat, sedangkan kain grade B adalah kain cacat. Kain grade B baik kain jok maupun kain spring bed dijual dengan harga yang lebih rendah. Penjualan dengan harga lebih rendah mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Total kerugian akibat kecacatan kain pada tahun 2014 sebesar Rp 186.705.700,62 , tahun 2015 sebesar Rp 574.712.488,00 , tahun 2016 sebesar Rp 1.285.996.922,00.
Metode penelitian yang digunakan adalah descriptive study. Data yang digunakan dalam mendukung penyusunan laporan penelitian ini berasal dari dokumen perusahaan, wawancara, observasi, dan kuesioner. Untuk teknik pengolahan datanya digunakan fishbone diagram. Dari fishbone diagram, dibuat kuesioner dan disebar kepada 27 operator mesin weaving. Rating scale yang digunakan pada kuesioner adalah likert scale. Pertanyaan yang diajukan pada kuesioner diklasifikasikan sesuai dengan prinsip 4M yaitu man, machine, material dan method.
Hasil dari penyebaran kuesioner, ada satu pertanyaan jawabannya ragu-ragu dan satu pertanyaan jawabannya tidak setuju. Jawaban ragu-ragu berasal dari pertanyaan mengenai cacat pakan loncat sedangkan jawaban tidak setuju berasal dari pertanyaan cacat motif miring. Jawaban ragu-ragu dan tidak setuju muncul karena belum ada diskusi dan tindakan lebih lanjut dari manajer produksi dan operator mesin weaving untuk mengatasi kecacatan tersebut.
Kesimpulan penelitian ini adalah kecacatan kain paling banyak ditemukan di proses weaving. Ada 5 tipe kecacatan yaitu cacat kotor oli, cacat motif miring, cacat pakan tidak sampai, cacat pakan loncat, dan cacat pakan benang chenille botak. Faktor penyebab kecacatannya adalah dari machine di samping faktor material dan man. Saran yang diajukan adalah melakukan pengecekan kembali kondisi mesin sebelum proses produksi dimulai, melakukan perbaikan dan perawatan mesin secara berkala dan terjadwal, menambah alat-alat yang dapat membantu dalam mengurangi kecacatan seperti timbangan digital untuk mengukur diameter benang, mesin sensor untuk mengecek benang chenille, pressure gauge dan regulator untuk menjaga kekuatan angin tetap 5 bar dan melakukan diskusi terjadwal antara manajer produksi dengan operator mesin weaving sehubungan dengan cacat motif miring dan cacat pakan botak.