Abstract:
Dana yang diberikan owner pada saat jatuh termijn belum tentu dapat memenuhi kebutuhan biaya
proyek, maka dari itu diperlukan perencanaan arus kas untuk mengalokasikan penerimaan dan
pengeluaran proyek. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut dengan cara membuat perencanaan
arus kas agar proyek dapat dikerjakan sesuai dengan waktu dan biaya yang sudah disepakati dalam
kontrak. Penelitian ini menggunakan studi kasus proyek pembangunan gedung sekolah SMP dan
SMA Strada, Kranji yang memiliki nilai kontrak Rp31.909.110.712,09, jenis kontrak lumpsum fixed
price, dan durasi pelaksanaan 547 hari kalender (79 minggu).
Arus kas pada penelitian ini dianalisis berdasarkan penjadwalan yang mengacu pada master
schedule dari proyek, kemudian disimulasikan dengan work breakdown structure yang lebih detail
dari master schedule. Hasil dari penjadwalan tersebut akan dibuat arus kas berdasarkan bobot
kumulatif setiap minggunya.
Hasil analisis simulasi, proyek diselesaikan dalam 525 hari (75 minggu). Dari minggu
pertama dimulainya proyek hingga minggu ke-41 saldo kas kontraktor dapat mencukupi kebutuhan
proyek. Mulai minggu ke-42 saldo kas proyek negatif. Hal ini menyebabkan kontraktor
membutuhkan modal kerja untuk melanjutkan proyek tersebut. Saldo kas negatif terbesar terjadi
pada minggu ke-75 yaitu Rp2.308.423.051,09. Oleh karenanya modal kerja minimum yang harus
disediakan kontraktor adalah Rp2.308.423.051,09 untuk dapat mengerjakan proyek tersebut.