dc.description.abstract |
Pati sagu merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbarui dan tersedia melimpah di Indonesia. Pati sagu native masih memiliki keterbatasan dalam penggunaannya. Hal ini dikarenakan sifat-sifat yang tidak diinginkan seperti tidak larut dalam air dingin, kestabilan viskositas yang rendah, kecenderungan retrogradasi yang tinggi, dan membentuk gel. Modifikasi pati native seperti eterifikasi dapat dilakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekuranganya. Eterifikasi yang dilakukan menggunakan reaktan propilen oksida (C3H6O), katalis sodium sulfat (Na2SO4) dan CO2 bertekanan. Pelarut yang biasa digunakan dalam proses eterifikasi adalah pelarut air dan pelarut organik. Kedua pelarut ini memberikan dampak yang kurang baik pada proses eterifikasi seperti pemisahan yang sulit dilakukan dan juga sifat pelarut organik yang tidak ramah lingkungan. CO2 dapat menjadi pelarut yang menjanjikan karena sifatnya yang ramah lingkungan, tidak beracun, tidak mudah terbakar ,inert, mudah di daur ulang, dan pemisahannya mudah dilakukan. CO2 bertekanan terbukti merupakan pelarut yang baik dalam proses eterifikasi karena meningkatkan laju difusi reaktan ke dalam granula pati. Penelitian ini menunjukkan eterifikasi pati sagu menggunakan CO2 bertekanan dapat dilakukan. Efek tekanan dan rasio reaktan yang diberikan pada proses eterifikasi akan mempengaruhi nilai molar substitution (MS). Semakin besar tekanan CO2, nilai MS yang diperoleh semakin membesar. Begitu pula dengan rasio yang semakin besar akan membuat nilai MS semakin besar. Hasil analisis NMR, SEM, TGA, dan FTIR juga menunjukkan proses eterifikasi ini dapat dilakukan. |
en_US |