dc.description.abstract |
Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB nasional pada tahun 2015 mencapai 18,1%. Salah satu industri manufaktur adalah industri manufaktur boneka. Peluang industri manufaktur boneka di Indonesia masih terbuka lebar baik untuk pasar domestik maupun pasar internasional.Rata-ratanya total kebutuhan boneka di Indonesia mencapai 375 juta per tahun. Jumlah tersebut belum termasuk produk yang dipesan untuk promosi atau souvenir. Permintaan akan produk boneka tidak hanya berasal dari tanah air saja melainkan berasal dari sejumlah negara maju di Eropa, Amerika Serikat, hingga Jepang.
PD Motekar merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur boneka. Pesanan yang masuk dibagi menjadi dua bagian. Perusahaan akan secara rutin mengirim boneka pada hari Jumat dengan jumlah boneka 3.000 buah setiap minggunya yang terdiri dari 1.500 boneka beruang berwarna putih dan kepala beruang berwarna coklat. Bottleneck pada bagian penjahitan menghambat proses produksi selanjutnya dan mengakibatkan idle time pada bagian pengisian. Bottleneck yang terjadi pada bagian penjahitan timbul karena adanya ketidakseimbangan beban kerja di setiap stasiun kerja dalam lintasan produksi. Hal ini berdampak pada target produksi sebesar 1.500 buah per minggu yang tidak tercapai.
Penelitian ini berjenis Applied Research dan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dengan mengamati, kegiatan proses produksi, serta cara kerja yang dilakukan karyawan untuk menentukan faktor penyesuaian dan faktor kelonggaran, wawancara dengan sekretaris dan para karyawan perusahaan, dokumen perusahaan berupa data pesanan rutin, dan perhitungan waktu menggunakan stopwatch untuk mengukur waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan proses produksi.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa total waktu baku untuk memproduksi 48 buah boneka kepala beruang adalah 360,27 menit. Waktu baku tertinggi terdapat pada tahap K (mengisi boneka) selama 70,94 menit. Namun, jika dilihat dari waktu kumulatif setiap stasiun kerja, maka stasiun kerja 6 dengan kegiatan jahit furing mulut dan jahit telinga (kode H dan J) menjadi tahap terlama dengan total waktu selama 71,89 menit. Selisih jumlah waktu antara stasiun kerja 6 dengan stasiun kerja sebelumnya (stasiun kerja 5) adalah 39,86 menit. Sedangkan selisih waktu baku stasiun kerja 6 dan stasiun kerja 7 adalah 38,73 menit sehingga tahap jahit menimbulkan idle time untuk proses operasi selanjutnya. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan saat ini dengan lintasan yang digunakannya, sebesar 967 buah boneka per minggu dengan menggunakan 10 stasiun kerja. Tingkat efisiensi yang dimiliki perusahaan dengan lintasan yang digunakannya, sebesar 50% dengan nilai balance delay 50%.
Pada alternatif 3, pembagian kerja pada tahap jahit menjadi jelas pada setiap stasiun kerjanya. Stasiun kerja 1 terdiri dari aktivitas mencetak pola, memotong pola, dan menyiapkan furing. Stasiun kerja 2 terdiri dari aktivitas menjahit lipatan pipi, menjahit lipatan mulut, menjahit telinga, dan menjahit pipi. Stasiun kerja 3 terdiri dari aktivitas menjahit mulut dan menjahit furing mulut. Stasiun kerja 4 berisi aktivitas menjahit kepala belakang. Stasiun kerja 5 berisi aktivitas mengisi boneka. Stasiun kerja 6 berisi aktivitas memasang aksesoris, dan stasiun 7 berisi aktivitas menutup boneka.
Dengan menerapkan line balancing alternatif yang terpilih, kapasitas dan efisiensi perusahaan akan meningkat. Stasiun kerja pada alternatif 3 berjumlah 7 stasiun dan pembagian elemen kerja setiap stasiunnya dirancang agar lebih seimbang waktu penyelesaiannya. Kapasitas produksi menjadi 1.385 buah boneka per minggu dengan efisiensi sebesar 73% dan tingkat balance delay terkecil 27,45%. Untuk memenuhi target produksi, perusahaan dapat menambah kapasitas jangka pendek dengan cara menetapkan sistem lembur. Karyawan perlu melakukan lembur selama 4,5 jam setiap harinya dalam 5 hari kerja. |
en_US |