dc.description.abstract |
Pada sebuah perusahaan khususnya dalam industri pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit, manajemen keuangan memiliki peranan yang cukup penting dalam fungsi manajemen perusahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi, ekonomi, dan sosial di dalam masyarakat, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan semangkin meningkat. Masyarakat semakin sadar akan tingginya risiko biaya yang harus ditanggung saat mereka sakit. Berkembangnya zaman membuat masyarakat sadar akan pentingnya asuransi untuk memproteksi diri dan mengantisipasi peristiwa tidak terduga yang terjadi pada seseorang. Hal tersebut menunjukkan adanya pergeseran terhadap pola pembayaran pengguna jasa rumah sakit yang pada awalnya dibiayai sendiri kini ditangani oleh pihak ketiga yaitu perusahaan asuransi kesehatan. Karena adanya pergesaran pola pembayaran tersebut, salah satu upaya RSIA CB untuk meningkatkan pelayanan administrasi adalah dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan asuransi kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggungannya sehingga apabila pelayanan tersebut belum dibayar oleh pihak ketiga maka akan menjadi piutang bagi rumah sakit dan kas akan tertanam dalam akun piutang.
Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak perusahaan asuransi kesehatan yang melakukan keterlambatan dalam pelunasan piutangnya sehingga piutang RSIA CB berada pada kondisi yang buruk dan mempengaruhi aliran kas rumah sakitPada tahun 2015, jumlah piutang asuransi yang umur piutangnya melebihi 30 hari adalah sebesar Rp2.035.338.615 atau sebesar 61,19% dari total piutang asuransi pada RSIA CB. Hal tersebut mengindikasikan bahwa RSIA CB tidak memiliki manajemen piutang yang baik. Piutang yang timbul dari pelayanan kesehatan pasien jaminan asuransi harus disertai dengan manajemen piutang usaha yang baik agar kelancaran aliran kas RSIA CB tidak terganggu.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini mencoba menggambarkan keadaan yang sebenarnya terjadi dengan cara mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang diperoleh. Data yang digunakan mencakup data primer dan sekunder dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, pengumpulan dokumen perusahaan serta melakukan observasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, hasil dari kedua alternatif kebijakan kredit yang penulis usulkan, dapat disimpulkan bahwa simulasi kredit menggunakan kebijakaan kredit n/30 dengan denda berdasarkan suku bunga deposito BI rate menghasilkan pertambahan aliran kas bersih sebesar Rp846.082.875 selama tahun 2015. Sedangkan aliran kas bersih yang dihasilkan menggunakan simulasi kebijaan kredit alternatif kedua, n/30 dengan denda berdasarkan suku bunga deposito bank BNI menghasilkan pertambahan aliran kas bersih sebesar Rp783.523.360 selama tahun 2015. Alternatif kebijakan kredit pada alternatif pertama menghasilkan aliran kas bersih lebih besar dengan selisih Rp62.559.515 dalam tahun 2015 jika dibandingkan dengan aliran kas bersih yang dihasilkan menggunakan kebijakan kredit alternatif kedua. Sehingga, untuk meningkatkan kelancaran aliran kas bersih RSIA CB pada tahun 2015, sebaiknya perusahaan menggunakan kebijakan kredit n/30 dengan denda berdasarkan suku bunga deposito BI rate. |
en_US |