Abstract:
Menambahkan unsur arsitektural pada gedung, seperti ketidakberaturan geometri dapat meningkatkan nilai jual gedung, tetapi di sisi lain juga dapat menyebabkan gedung berperilaku buruk. Sama halnya dengan adanya perbedaan ketinggian lantai yang besar, dimana hal tersebut dapat menimbulkan soft story, yang memungkinkan terjadinya kegagalan pada kolom. Pada skripsi ini, dibandingkan perilaku gedung dengan ketidakberaturan geometri horizontal dan vertikal antara tanpa soft story dan dengan soft story pada lantai dasar. Terdapat tiga model yang dibuat, yaitu model 1 tanpa soft story; model 2 dengan soft story pada lantai dasar, dimana berperan sebagai konsekuensi dari peninggian lantai, yang mempunyai dimensi dan tulangan kolom sama seperti model 1; dan model 3, yang sama dengan model 2, tetapi dimensi dan tulangan kolom lantai dasarnya diubah sampai kolom mendapatkan kekuatan yang cukup, dimana model ini berperan sebagai solusi alternatif dari model 2. Dari hasil analisis yang dilakukan, semua model mempunyai ketidakberaturan sudut dalam dan ketidakberaturan geometri vertikal. Untuk model 2 dan model 3 juga terjadi ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak. Oleh karena itu, analisis yang dilakukan harus menggunakan analisis dinamik. Dengan diubahnya tinggi lantai dasar dari 4 meter menjadi 7 meter sehingga terjadi soft story, terjadi peningkatan drift yang signifikan pada lantai dasar, dimana sebesar 258,08% pada model 2, dan sebesar 202,46% pada model 3. Di sisi lain, terjadi penurunan kekakuan pada lantai dasar sebesar 72,18% pada model 2 dan 66,19% pada model 3. Bila ditinjau dari PMM ratio terbesar pada kolom dasar, model 2 lebih besar 27,60% daripada model 1.