Abstract:
Berbagai bentuk arsitektur gereja Katolik di Indonesia kini tidak lagi berlanggam arsitektur Gotik seperti
pada awal kehadirannya di Indonesia. Proses inkulturasi yang menjadikan Gereja sebagai bagian dari
masyarakat setempat, memengaruhi bentuk arsitektur gereja Katolik di Indonesia, sehingga bentuknya
semakin bernafaskan arsitektur setempat. Bentuk arsitektur Gotik telah lama dikenal sebagai bangunan
gereja yang sarat makna, sehingga perubahan bentuk arsitektur gereja menimbulkan pertanyaan bagaimana
struktur relasi antara makna bentuk inkulturasi arsitektur dengan bentuk yang bernafaskan arsitektur
setempat tersebut; dan bagaimana cara mengidentifikasi relasi antara makna dan bentuk inkulturasi arsitektur
dalam konteks arsitektur sakral? Penelitian ini bertujuan mengungkap seluruh relasi antara makna dan bentuk
inkulturasi arsitektur Gereja Katolik, melalui tiga kasus studi, yaitu gereja Katolik Ganjuran-Bantul; gereja
Katolik Pugeran-Yogyakarta, dan gereja Katolik Marganingsih-Kalasan. Penelitian ini bersifat deskriptif,
analitis dan interpretatif berdasarkan data literatur dan data empiris, dengan menggunakan pendekatan
semiotika Greimas. Proses penelitian ini diawali dengan kajian teoritis mengenai inkulturasi dan semiotika,
untuk membangun sebuah kerangka analisis sebagai instrumen mengidentifikasi relasi makna dan bentuk
inkulturasi arsitektur pada kasus studi. Hasil analisis relasi antara makna dan bentuk inkulturasi arsitektur
pada ketiga kasus studi, menunjukkan bahwa kualitas relasi antara makna dan bentuk inkulturasi arsitektur
sangat dinamis mulai dari tingkat permukaan hingga tingkat dalam; dari relasi yang bersifat universal,
perseptual dengan kekuatan elemen-elemen figuratif dalam pembentukan makna referensial; kemudian relasi
yang bersifat komunal, ideologis dengan peran elemen topologis dan plastis dari bentuk inkulturasi arsitektur
dalam pembentukan makna fungsional dan simbolik, hingga relasi yang bersifat individual, sosiologis
dengan kekuatan sekuens sakral dalam pembentukan makna eksistensial. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat berkontribusi bagi Gereja dalam kehidupan bermasyarakat, bagi pengembangan pengetahuan teoritis
dan metodologis mengenai relasi makna dan bentuk inkulturasi arsitektur dalam perancangan arsitektur
gereja Katolik; dan bagi pengembangan arsitektur tradisional Jawa, agar tidak menjadi sekedar tempelan
dalam desain arsitektur gereja masa kini.