Abstract:
PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk merupakan perusahaan berskala internasional yang bergerak pada bidang industri sepatu (merk Tomkins). Besarnya skala produksi dan proses produksi yang saling berhubungan menimbulkan banyaknya potensi akan terjadinya kejadian yang tidak sesuai rencana sehingga akan memberikan dampak
kepada perusahaan. Dampak dari ketidakpastian tersebut disebut sebagai risiko. Risiko-risiko yang telah terjadi pada Divisi Produksi menunjukkan bahwa perusahaan belum menerapkan manajemen risiko yang baik. Saat ini, perusahaan bersifat reaktif dalam menghadapi masalah. Banyaknya potensi masalah yang ada seharusnya diantisipasi terlebih dahulu sehingga perusahaan menjadi siap dalam menghadapinya dan sasaran serta tujuan perusahaan tetap terjaga. Hal ini dapat dilakukan jika perusahaan mengimplementasikan suatu manajemen risiko yang logis, sistemastis, terstruktur, dan terdokumentasi dengan baik. ISO 31000 yang disusun oleh International Standard Organization dipilih sebagai standar manajemen risiko yang diterapkan pada Divisi Produksi. Penerapan ISO 31000 pada Divisi Produksi diawali dengan proses Menentukan Konteks, yaitu proses untuk menentukan batasan dan parameter yang akan dijadikan pertimbangan dalam
pengelolaan risiko. Langkah selanjutnya adalah melakukan proses asesmen risiko pada perusahaan sehingga pengelolaan risiko yang dilakukan dapat terstruktur dan
terdokumentasi dengan baik. Proses asesmen risiko terdiri dari empat tahap yang saling berhubungan meliputi Identifikasi Risiko, Analisis Risiko, Evaluasi Risiko, dan Perlakuan risiko. Teknik yang digunakan dalam melakukan proses asesmen risiko adalah semistructured interview, root cause analysis, consequence/probablity matrix, dan cost/benefit analysis. Penerapan asesmen risiko pada Divisi Produksi yang diawali dengan tahap Identifikasi Risiko menghasilkan 45 buah peristiwa risiko beserta sumber dan dampak dari masing-masing risiko. Selanjutnya dilanjutkan dengan tahap Analisis Risiko sehingga didapat pemicu risiko dan tingkat risiko dari masing-masing risiko. Langkah berikutnya dilakukan tahap Evaluasi Risiko sehingga didapat 14 buah peristiwa risiko yang memerlukan perlakuan khusus, berdasarkan kelompok risiko dan prioritas risiko yang telah ditentukan. Langkah terakhir adalah menetapkan Perlakuan Risiko pada 14 buah peristiwa risiko yang memerlukan perlakuan khusus disertai Tujuan Perlakuan Risiko tersebut.