Abstract:
Kepentingan nasional merupakan dasar dari keberadaan sebuah negara. Salah satu bentuknya adalah kedaulatan teritorial. Cina sebagai negara besar di Kawasan Asia Pasifik berusaha untuk mempertahankan kedaulatan di wilayah Laut Cina Selatan. Paradigma Neo-Realisme melihat bahwa struktur internasional yang anarki merupakan penyebab timbulnya usaha negara untuk mempertahankan dirinya sendiri, sama seperti Cina yang menggunakan strategi untuk mempertahankan kekuatan serta klaim kedaulatannya di area konflik.
Bentuk implementasi dari Paradigma Neo-Realisme serta konsep dari security dilemma dan defensif realisme tersebut dapat dilihat pada Sikap Cina dalam konflik Laut Cina Selatan. Maka dari itu, pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah “Bagaimana strategi Cina dalam mempertahankan “klaim” kedaulatannya atas Kepulauan Paracel dan Spratly terkait konflik Laut Cina Selatan?” Dalam upaya mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian tersebut, penulis melakukan penelitian dengan mencari data deskriptif melalui teknik studi literatur dan studi pustaka. Data yang dihimpun akan dilengkapi oleh konsep yang digunakan hingga menghasilkan analisis yang mampu menjawab pertanyaan penelitian tersebut.
Melalui analisis yang dilakukan, penulis menghasilkan dua temuan mengenai strategi yang dilakukan Cina untuk mempertahankan kedaulatannya. Temuan yang pertama adalah penggunaan strategi defensif-aktif Cina dalam mempertahankan posisi maupun klaim kedaulatan di Laut Cina Selatan. Temuan kedua adalah peningkatan kapabilitas militer Cina sebagai implementasi dari strategi. Sebagai buktinya, Cina melakukan modernisasi tubuh militer, pembangunan basis militer di Kepulauan Spratly dan Paracel, serta konsistensi peningkatan anggaran pertahanan negara setiap tahunnya. Hasil analisis di atas menjadi jawaban dari pertanyaan penelitian bagi skripsi ini.